BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belum lengkap rasanya bila teori-teori yang
telah diberikan salama perkuliahan bila tidak dibarengi dengan praktikum secara
langsung pada daerah kawasan hutan. Teori-teori tanpa praktikum bagaikan makan
sayur tanpa garam, tentunya akan sulit untuk difahami. Pemberian dan pemahaman
teori-teori saja tentunya membuat penasaran dan rasa jenuh bagi mahasiswa.
Selain itu, sebagai salah seorang calon sarjana kehutanan tentunya sangat perlu
untuk melakukan praktikum langsung pada kawasan hutan. Sebagai seorang rimbawan
memasuki dan bekerjapada kawasan hutan merupakan suatu hal yang harus dilakukan
dan dibiasakan agar setelah menyandang gelar sarjana kehutanan tidak merasa
canggung lagi dalam memasuki dan bekerja di dalam hutan.
Permasalahan
yang di hadapi dalam kegiatan pengusahaan hutan saat ini tergambar dalam
perusahaan hutan (HPH dan HTI) di Riau yang terdiri dari atas berbagai aspek
manajemen hutan, pengelolaan hutan, dan konservasi hutan sehingga kegiatan
praktek kerja lapang di HPH dan di HTI mencakup ketiga aspek tersebut.Untuk itu, untuk mencetak mahasiswa sebagai
seorang rimbawan diadakanlah PKL (Praktek Kerja
Lapangan) yang dilaksanakan
di PT.RAPP tepatnya
di Situgal Field Training Center (SFTC), Estate Baserah.
1.2 Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dari kegiatan praktek kerja lapang ini adalah :
1. Mengenal
dan memahami sistem dan unsur pengelolaan hutan secara menyeluruh yang
dilakukan di instansi pengelolaan hutan mencakup : perencanaan, pembinaan
tanaman (penyediaan bibit, pengelolaan lahan, penanaman, pemeliharaan),
pemanenan hasil hutan (penebangan, penyaradan, dan pengangkutan), pengelolaan
hasil, pemasaran, administrasi/tata usaha kayu dan hasil hutan lainnya,
perlindungan hutan, konservasi sumber daya hutan.
2. Meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan secara ilmiah terhadap
permasalahan yang di hadapi dalam pengelolaan hutan di instansi pengelolaan
hutan.
3. Merasakan
dan menghayati kehidupan dan suasana kerja di instansi pengelolaan hutan
terutama dalam kaitannya dengan suasana tinggal dihutan dan hubungannya dengan
berbagai kelompok masyarakat yang terdapat di sekitarnya. Menumbuhkan dan
mengembangkan etos kerja dalam lingkungan kehutanan dan kehidupan rimbawan.
BAB II
ISI
2.1.Plantation
2.1.1
Definisi
Adalah
suatu departemen yang bertanggung jawab untuk menangani tanaman mulai dari
penanaman,menyediakan bahan baku serta perawatan sampai tanaman berumur 1,5- 2
tahun.
2.1.2.
Persiapan
lahan
·
Parit cacing
·
Batas kompartemen
·
PPS (pre plant
Spraying)
·
Pembersihan sampah
·
Infrastruktur
2.1.3.
Kegiatan
Plantation
Kegitan
praktikum plantation yang kami lakukan meliputi :
a.
Planting
Adalah suatu kegiatan penanaman tanaman
utama di areal HTI (Hutan Tanaman Industri), tujuannya untuk menghasilkan panen
kayu yang bermutu tinggi dan kualitas yang mencukupi dan dengan biaya yang
hemat. Produktifitas Planting 12 HK/ha (Sutrisno, 2012).
Gambar a
Gambar b
Keterangan:
Gambar
a merupakan kondisi bibit akasia mangium di bawah seed net dan gambar b
merupakan kondisi lokasi planting.
Keuntungan menanam
tanaman HTI
·
Menjaga stabilitas
tanah
·
Menciptakan lapangan
kerja
·
Meningkatkan kualitas
·
Sebagai paru-paru dunia
·
Mengendalikan erosi
Kriteria keberhasilan
planting
·
Tanaman hidup
·
Tumbuh dan berkembang
dan menghasilkan stocking besar
·
Waktu harus tepat
·
Biaya hemat
·
Pekerja harus sehat
Gambar
a Gambar
b
Keterangan
:
Gambar
a merupakan gambar ketika sharing dengan askep dan mandor plantation dan gambat
b ketika mandor mengawasi pekerjaan di lapangan.
Tarik seling oleh 2 orang dengan
jarak 2 M yang sudah di tandai di
seling dan 3 M menggunakan stik ukur. Posisi orang yang buat lubang di
belakang seling.
|
Siapkan perlengkapan plantation
(jerigen bibit, jerigen pupuk, tendaungan, terpal pupuk, takaran pupuk, air
bersih, air minum,tugal,dodos,seed net, bantalan pupuk) serta gubakan APD.
|
Buat Lubang tanam dengan dodos
ukuran 20x20x20 untuk tanah mineral (akasia mangium) ukuran dodos P : 22
cm, dan L: 12,5 cm.
|
Masukan Pupuk TSP 50 gr, MOP dan ZA
40 gr (Untuk TSP 25 gr di tugal dan 25 gr di aduk di dalam lubang tanam).
|
Tugal lubang tanam yang telah
selesai kemudian keluarkan bibit yang telah terpilih dari poly tube
kemudian masukan kedalam lubang dan padatkan dengan tangan.
|
Kunci sukses dalam penanaman
·
Pemilihan titik tanam
·
Penanganan bibit
·
Alat yang sesuai
·
Pemuliaan tanah
·
Ukuran lubang tanam
·
Kualitas bibit
·
Kondisi perakaran
Kriteria bibit standar
·
Tinggi 18- 20 cm
·
Umur 8-12 minggu
·
Perakaran kompak 85%
·
Diameter batang 2,5 mm
·
Mempunyai 3 helai daun
dewasa
·
Bebas hama penyakit
Areal yang tidak layak ditanam
·
Areal banjir
·
Jalur air
·
Di bawah batang kayu
·
Di pinggir parit
·
Di atas tunggul
·
Jalur skidtrack
Contoh soal
Suatu
kompartemen memiliki luas 25 Ha, dengan jarak tanam 3x2, jenis tanaman acacia
mangium, harus selesai di kerjakan dalam 4 hari.
1.Berapa jumlah
bibit yang di perlukan
2. berapa orang
yang di butuhkan untuik menyelesaikan pekerjaan tersebut jika produktifitasnya
12 HK/ha.
Jawab : di ketahui
luas 25 ha = 250.000 m2 JT
= 2m x 3 m.
1.Kebutuhan
bibit =
=
= 41 666 bibit yang di
butuh kan
2.Jumlah orang yang di
butuhkan
Rumus =
=
=
= 75 orang
Contoh soal
Hitung kebutuhan pupuk
TSP,MOP,ZA (ZA di berikan 15%)jika luas suatu kompartemen 20 Ha berapa Kg
perhektar yang harus di berikan masing-masing pupuk tersebut.
Jawab
Kebutuhan bibit
perhektar 10.000 m/3mx2m = 1667 bibit
Dosis TPS 50 gr, MOP
dan ZA 40 gr
ZA =
= 200,04 kg
TSP =
= 1667 kg
MOP =
= 1337 kg
Fungsi pupuk
TSP : merangsang
pertumbuhan akar
ZA : merangsang
pertumbuhan daun
MOP : merangsang
pertumbuhan batang
2. 2. Manuring
(pemupukan)
Adalah
suatu kegiatan pemupukan kedua setelah aktifitas planting yang dilakukan di
tanaman eucalyptus. Produktifitasnya 2 Hk/ha, di lakukan perjalur tanaman pada
umur tanam 4-6 bulan (Supriyadi, 2012).
2.2.1.Pupuk yang di
gunakan :
·
MOP = 40 gr
·
ZA = 120 gr
Gambar a Gambar b
Keterangan
:
Gambar
a merupakan jerigen pupuk, pupuk ZA dan MOP serta takaran pupuk. Gambar b
merupakan cara menugal dan memasukan pupuk.
2.2.2
APD (Alat pelindung diri) yang di
gunakan
·
Baju lengan panjang
·
Topi
·
Celana panjang
·
Safety shoes
2.2.3. Langkah kerja
a. Siapkan
perlengkapan (tenda naungan,dodos, jerigen pupuk, pupuk MOP dan ZA, air bersih,
takaran pupuk, terpal pupuk, bantalan pupuk serta APD)
b. Masukan
pupuk kedalam jerigen pupuk dan siapkan takaran pupuk
c. Tugal
dengan menggunakan dodos pada batas tajuk tanaman, kemudian masukan pupuk ZA
dan MOP
d. Bila
miring tugal pada posisi yang lebih tinggi
e. Tutup
lubang tugal tersebut
2.3.Weeding
Spraying (Penyemprotan Gulma)
Adalah
kegiatan pengendalian tanaman penggangu yang tumbuh di areal tanaman utama.
Sedangkan gulma adalah semua jenis tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman pokok
yang tidak di harapkan keberadaannya dan sifatnya merugikan.
·
Konsentrasi adalah
perbandingan antara zat terlarut dengan larutan
·
Dosis adalah jumlah
pemakaian racun persatuan luas
·
Larutan adalah zat
terlarut ditambah dengan pelarut
Gambar a Gambar
b
Keterangan
:
Gambar
a adalaah gambar kap alpha 16, vol nya 16 liter dan gambar b merupakan gambar
herbisida smart yang termasuk herbisida sistemik.
2.3.1.Sifat khusus
gulma
·
Cepat tumbuh
·
Daya saing kuat
·
Toleransi tinggi
·
Kemampuan
berkembangbiak tinggi
·
Bersifat dominan
·
Berkembang biak pada
periode yang panjang
·
Mampu bertunas setelah
di pangkas/terbakar
2.3.2. Jenis herbisida
·
Herbisida kontak ,yakni
herbisida yang dapat membunuh hanya pada gulma sasaran saja, misalnya yang
tersemprot hanya daun maka daun tersebut yang akan mati. Contoh herbisida
kontak adalah Gromoxone.
·
Herbisida sistemik,
yakni herbisida yang membunuh gulma secara perlahan melalui jaringan tanaman.
Biasanya waktu untuk gulma mati lebih lama di banding dengan herbisida kontak.
Contoh herbisida sistemik adalah Smart.
2.3.3. Alat dan bahan
yang di gunakan
·
Kap alfa 16
·
Bebi tank
·
Drum pengaduk racun dan
air 200 L
·
Racun/herbisida
·
Pengaduk racun
·
Air
·
Noozle
·
Takaran racun
·
Papan tanda peringatan
·
Air emergensi
·
Tenda naungan
·
Sabun
Gambar a Gambar b
Keterangan
:
Gambar
a merupakan alat dan bahan yang di gunakan dalam weeding spraying dan gambar b
asisten mengajari cara menyemprot yang baik dan benar.
2.3.4. APD yang
digunakan
·
Topi
·
Apron
·
Baju lengan panjang
·
Celana panjang
·
Safety shoes
·
Sarung tangan (khusus
mixer)
·
Masker moncong babi
(khusus mixer)
·
Kaca mata (khusus
mixer)
Contoh
soal
Luas
kompartemen 20 ha, 1 kap dapat menyemprot 80 titik tanam, tenaga kerja yang di
pakai 8 orang, dosis yang di pakai 1,8 L/ha, kap yang digunakan alfa 16. Jarak
tanam 3mx2m hitung :
a. Volume
semprot perha
b. Konsentrasi
c. Kap/ha
d. Kebutuhan
larutan (20 ha)
e. Kebutuhan
air (20 ha)
f. Kebutuhan
racun
g. Berapa
kali pencampuran
Jawab
:
a. 10.000/3m
x 2m = 1667 titik tanam
=
1667/80 = 20,8 L
=
20,8 L x 16 L
=
332,8 L/ha
b. Konsentrasi=
=
1,8 L/332,8 L x 100%
=
0,54 %
c. 1667/80
= 21 kap/ha
d. 20
0rg x 3 Hk.ha/ 8 org = 8 hari
e. Vol
semprot x luas areal
=
332,8 x 20
=
6656 L
f. Dosis
x luas
=
1,8 x 20 ha
=
36 L
=
keb larutan – dosis
=
6656 – 36
6620
L
g. 1,8
L x 20 ha
=
36 L
h. Keb
larutan/200
=
6656/20 = 34 kali pencampuran
2.2 Planning
2.2.1.Definisi
Planning
Planning
adalah suatu proses pengelolaan dalam menciptakan suatu rencana dan merupakan
proses berpikir untuk tujuan masa depan (Muhdori, 2012).
2.2.2. Planning di
RiauFiber
Ada
5 Planning dalam Riau Fiber yang kami pelajari:
- Residual Wood Assisment (RWA)
- Harvesting Quality Assisment (HQA)
- Plantation Monitoring Assisment (PMA)
- Plantation Quality Assisment (PQA)
- Survey Topografi.
2.2.3. Residual Wood
Assisment (RWA)
Residual
Wood Assisment (RWA) adalah suatu kegiatan penilaian sisa kayu merchantable
yang tertinggal di areal setelah panen dengan standar kelulusan 5m3
/ hektare
Tujuan
RWA :
- Salah satu syarat pembayaran kontraktor
- Memastikan sisa kayu di areal tidak lebih dari 5 m3 / hektare
2.2.4. Harvesting Quality
Assisment (HQA)
Harvesting
Quality Assisment (HQA) adalah adalah suatu kegiatan penilaian harvesting yang
dilakukan oleh kontraktor untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan SOP dalam
pekerjaan dilapangan
Kriteria
Penilaian Kontraktor
v Pemanfaatan
SDA
v Perlindungan
Reparian/Greenbelt
v Konservasi
tanah
v K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
2.2.5.
Plantation
Monitoring Assisment (PMA)
Plantation
Monitoring Assisment (PMA) adalah Suatu kegiatan penilaian tanaman pada umur 6,
12, dan 18 bulan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan stocking dan survival.
Adapun pengukuran pada umur 6
bulan tingginya 2,3 m, untuk 12 bulan tingginya 4,6 m dengan diameter 5,3 cm.
Sedangkan untuk PMA 18 bulan kriteria pengukurannya sama dengan umur 12 bulan.
Berdasarkan letak peletakan plot PMA terbagi 2
yaitu :
Ø Plot PMA Riping Area (tanah padat yang digemburkan)
Ø Plot PMA tanah normal
Secara umum tingkat pertambahan tumbuh dimensi
pohon (Riap) pada Plot PMA tanah normal lebih tinggi dari pada Plot PMA Riping
Area.
Stocking adalah jumlah
tanaman per hektare, PMA 12 bulan 93% Stocking
Survival adalah tingkat
pertumbuhan tanaman. PMA 6 bulan 95% Survival
Tujuan
dari PMA adalah :
•
Mengetahui pertumbuhan
tanaman
•
Mengetahui kualitas
& kuantitas
•
Mengetahui MAI
•
Mengetahui ketersediaan
bahan baku dalam waktu tertentu
•
Identifikasi tanaman
yang terserang penyakit sebelum endemik
•
Meningkatkan
produktivitas lahan
•
Data pendukung
operasional
Aturan
kerja pada PMA :
•
Plot berbentuk lingkaran
dengan jari-jari 11,28 m dengan luasan 0,04 Ha denngan jarak antar plot 200 m.
•
1 kru terdiri dari 6-8 orang
Gambar
a Gambar
b
Keterangan
:
Gambar
a merupakan gambar patok as, sedangkan gambar b merupakan gambar labeling
pohon.
Produktivitas
PMA
•
PMA 6 bulan 8
plot/kru/hari
•
PMA 12 bulan 7
plot/kru/hari
Peralatan
kerja :
1. Peta
compartement
2. Parang
3. Meteran
4. Label
5. Hecter
6. Kompas
7. Stick
ukur 5-6 m
8. Diameter
Thip
9. Alat
tulis
Cara Kerja :
1.
Ambil peta
kompartemen yang akan diukur dan tentukan titik ikatnya, titik ikat bertujuan
untuk memudahkan dalam penandaan dilapangan.
2.
Tentukan arah
pengukuran plot dan jarak titik ikat ke plot start (plot awal dengan kompas
sesuai dengan gambar peta PMA).
3.
Pada saat
menentukan arah, tarik meteran kearah azimuth yang dituju sampai dijumpai plot
yang dituju.
4.
Setelah jumpa
plot langah selanjutnya buat patok AS, tarik meteran melingkar dengan jari-jari
11,28 m, buat petak batas plot di 4 penjuru mata angin, cat patok AS dan patok
batas.
5.
Tentukan pohon
pertama dan diberi label mulai dari pohon pertama hingga pohon akhir.
6.
Setelah semua
pohon dilabeling maka kegiatan selanjutnya mengukur diameter pohon yang
penghitungan tinggi pohon setelah itu catat hasilnya pada label yang telah
ditempelkan pada pohon tersebut.
7.
Pilih 5 pohon tertinggi pada tanaman yang
telah diukur dan amati tanaman yang terdapat pada plot tersebut apabila
terdapat gangguan seperti serangan hama dan penyakit.
8.
Catat hasil
pengukuran dan pengamatan pada thallysheet yang telah disediakan.
9.
Setelah selesai
maka cari plot selanjutnya dan lakukan hal yang sama.
Perhitungan jumlah titk tanam dalam 1 plot 0,04 ha
Jika jarak tanamnya 3x2 m maka,
ik tanam
Gambar
a
Keterangan
:
Gambar
a merupakan gambar pengukuran diameter pohon
Rumus untuk mencari TPH (Tress Per Hectare)
TPH = Main Steam + Deage + Windfall
SPH = TPH + Branch
Stocking
Survival
Keterangan :
TPH = Trees Per Hectare (pohon per hektar)
SPH = Stem Per Hectare (batang per hektar)
EPS = Empty Planting Spot (titik tanam kosong)
DBH = Diameter Breast High (pengukuran diameter pada
1,3 m)
Stocking = Jumlah Tanaman Perhektar
Survival = Tingkat Pertumbuhan Tanaman
Recoverable = Dapat Dipulihkan Kembali
Main Stem = Batang Utama
Branch = 2nd, 3rd, 4th
= Pohon Bercabang
Demage = Rusak, Sakit
Dead = Pohon Mati
Windfall = Pohon Yang Tumbang Karena Tiupan Angin
Standing Dead Trees = Pohon Yang Mati Berdiri
Contoh soal :
Diketahui hasil pengukuran PMH 12 bulan luas areal 40
ha,jarak tanam 3x2,5 m. Main Steam 48 batang, Demage 3 batang, Dead 2 batang,
EPS 2 batang.
Hitung berapa jumlah plot harus dibuat, serta hitung
Stocking dan Survivalnya
Jawab :
Luas areal 40 ha berarti
TPH = Main Steam + Deage + Windfall
TPH = 48 + 3 = 51 batang
SPH = TPH + Branch
SPH = 51
Stocking
Stocking
Srocking
Survival
Survival
Survival
Survival
2.2.6. Plantation
Quality Assisment (PQA)
PQA
adalah suatu kegiatan penilaian plantation yang dilakukan oleh labor supply (
orang harian) atau kontraktor.
Kegiatan
PQA dalam pembuatan plot adalah jalur atau strip. Luas areal yang akan di PQA
adalah 20% dari luas kompartement. Sehingga jika luas areal 30 Ha maka luas
areal yang akan di PQA adalah 6 Ha.
2.2.7.Survey Topografi.
Survei
Topografi adalah mengukur secara langsung areal untuk menggambarkan bentuk muka
bumi. Survei Topografi hanya dilkukan 1
kali yaitu pada awal .
Tujuannya
:
v Untuk
mengetahui lembah, bukit dan alur sungai
v Memudahklan
dalam pembukaan Planning
v Memudahkan
sistem Harvesting yang akan dilakukan
v Untuk
mengetahui garis kontur
2.3. Harvesting
2.3.1. Defenisi
Proses kegiatan pemindahan hasil hutan berupa kayu
dari hutan atau tempat tumbuhnya menuju pasar atau tempat-tempat
pemanfaatannya, sehingga kayu tersebut berguna bagi kehidupan manusia.
Jadi hakekatnya pemanenan kayu adalah suatu proses
produksi, dimana kayu bulat (log) merupakan produknya
(Idris, 2012).
Gambar a
Keterangan :
Gambar a merupakan gambar dokumentasi pada saat
praktek chain saw
2.3.2
Tujuan
Adapun
tujuan kegiatan harvesting adalah
:
v Menyediakan bahan baku kayu ke pabrik.
v Menyediakan lahan untuk plantation.
v Optimal dalam biaya dan produktivitas.
v Memenuhi standar maksimal kualitas kayu dan lahan.
v Optimal dalam keberlanjutan “Wood Recovery”
2.3.3.
Secara keseluruhan
proses pemanenan HTI kayu pulp terbagi atas 3 bagian
- Proses sebelum pemanenan (Pre Harvesting Process)
- Proses pemanenan (Harvesting Process)
- Proses setelah pemanenan (Post Harvesting Process)
A. Pre
Harvesting
1. Underbrushing / pengimasan:
Pembersihan areal dalam kompartemen dari
tumbuhan bawah, anakan, pohon mati, tumbuhan merambat dan liana, terkecuali
yang berada di kawasan revarian / daerah konservasi yang dilakukan 3 minggu
sebelum aktivitas penebangan. Underbrushing
Bertujuan untuk :
ü Memperlancar pergerakan crew tebang, alat
tebang, alat sarad mekanis dalam menebang pohon.
ü Identifikasi dini dari pohon-pohon yang
beresiko tinggi
ü Mempersiapkan fasilitas kegiatan penebangan.
Alat: Parang bagian tumpul 20 cm, bagian tajam
30-40 cm.
Langkah kerja:
-
Identifikasi area pengimasan, untuk mengetahui pohon-pohon yang
dinilai berbahaya, sarang binatang, tawon.
-
Perhatikan kondisi cuaca, tidak boleh bekerja pada kondisi hujan lebat
dan angin kencang.
-
Atur jarak aman sesama pekerja.
-
Tinggalkan areal tergenang air dan curam.
-
Semua anakan kayu yang berdiameter dibawah 10 cm harus direbahkan.
-
Tinggi tunggul 40-50 cm dari permukaan tanah atau serendah mungkin dan
jangan dibuat runcing.
-
Liana yang merambat di pohon harus dipotong sampai ketinggian 1.5
meter / sampai jangkauan tangan.
-
Area disekitar pohon harus dibersihkan dari sampah tumbuhan bawah,
anakan kayu, dan liana.
2. Boundary Demarcation
Merupakan aktivitas penandaan batas-batas
petak, kawasan penyangga dan kawasan-kawasan terlarang, identifikasi dan
penandaaan spesies pohon yang dilindungi atau pohon yang oleh masyarakat
setempat diusahakan; palem, sagu, pohon madu / sialang yang dilakukan dua minggu
sebelum aktivitas penebangan.
Boundary demarcation bertujuan untuk memastikan pekerjaan
penebangan dilakukan pada areal yang sesuai peruntukannya.
Alat: Patok, cat, peta kerja, kompas
Langkah kerja:
-
Identifikasi areal rawan (rawa, curam, pohon lapuk)
-
Sektor planning dan contraktor wajib mengecek kesesuaian areal yang
akan ditebang dengan administrasi (work order) penebangan.
-
Sector planning dan kontraktor wajib memastikan:
a. Batas antar kompartemen (Patok warna kuning)
b. Batas kompartemen dengan areal konservasi
(Patok warna merah)
c. Batas areal konsesi (Patok warna putih)
d. Batas jalan / kanal (Patok warna biru)
3. Mikroplanning
Perencanaan detail lapangan sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan penebangan terutama dalam penentuan main trail, spurr
road, lokasi TPn, maupun arah pergerakan alat mekanisasi penebangan yang
dilakukan satu minggu sebelum aktivitas penebangan . Adapun tujuannya adalah
untuk :
ü Memperoleh gambaran umum kondisi lahan dan
tegakan
ü Membuat jalur induk / maintrail
ü Membuat jalur sampah / sekunder trail
Alat: Peta, Kompas Sunto, Pita warna biru dan
kuning
Langkah kerja:
-
Harvesting supervisor dan planning supervisor melakukan pengamatan
umum kondisi areal (kontur, batas kompartemen, batas areal konservasi)
-
Pengamatan kondisi tegakan
-
Penentuan jalur (Spurs Roads) pada peta perencanaan pemanenan
-
Penandaan pita merah atau biru merupakan tanda secondary traill yang
dipasang secara selang-seling, jarak antara merah dan biru adalah 15 meter.
Pita merah dan biru yang dobel dalam satu pohon adalah tanda dari maintraill.
-
Jalur sampah / skidtrack untuk mengarahkan felling, dibuat berdasarkan
kontur dan kemiringan tanah.
B. Harvesting Process
1. Pre Debark
Kegiatan
pengupasan kulit batang kayu berdiri sebelum dilakukan kegiatan Penebangan yang
bertujuan untuk memudahkan kegiatan debarking lanjutan setelah pohon rebah dan
dipotong
Alat:
Parang bagian tumpul 20 cm, bagian tajam 15-20 cm.
Langkah
kerja:
-
Lukai kulit batang
pohon dengan parang pada ketinggian ± 1 meter dari tinggi pekerja
-
Tarik kulit batang kearah bawah pada sekeliling
pohon.
-
Tarik kulit batang kearah atas pada sekeliling pohon semaksimal mungkin.
2. Felling
Adalah kegiatan penebangan, pemindahan pohon dari tempat
tumbuhnya yang
dilakukan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-6, yang bertujuan untuk menumbangkan pohon
secara cepat, tepat, aman, dan kualitas pohon terjaga. Sehingga mendukung dan
memudahkan untuk kegiatan selanjutnya.
Alat: Manual: chainsaw. Mekanis: Harvester, Eskavator
Langkah kerja:
-
Dilaksanakan wajib sesuai aturan operasional Chainsaw maupun Harvester
yang sudah ditentukan.
-
Semua kegiatan penebangan harus memperhatikan:
kekuatan angin, pohon miring, pohon sandar terhadap pohon lain, pohon terlilit
liana.
3. Debarking
Merupakan kegiatan pengupasan pohon yang dilakukan sesaat setelah
pohon tumbang. Alangkah
lebih baiknya, setelah pohon ditumbang, disarankan dikupas sesaat setelah pohon tumbang
karena kadar air masih tinggi, sehingga mudah untuk dikupas. Adapun tujuannya adalah untuk menurunkan kadar air kayu sehingga kering dan
semakin berkualitasnya pulp yang dihasilkan.
Alat: Manual: Parang tajam
(manual kru), Mekanis: Harvester, Semi mekanis: Debarker
Langkah kerja:
-
Pengupasan dilakukan terhadap semua pohon / bagian pohon yang belum
terkupas.
-
Kulit kayu, ranting dan cabang-cabang yang tidak terpakai diletakan di
jalur sarad secara merata.
-
Pengupasan dilakukan dari pangkal (manual).
-
Tumpukan kayu yang sudah dikupas dan akan dipotong
di arahkan ke tempat yang bersih dan disusun / dihampar rapi, tidak bercampur
dengan sampah kulit (mekanis).
4. Bucking
Merupakan aktivitas
Harvesting Process setelah kegiatan Debarking
yang bertujuan untuk untuk mengubah kayu log
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil sesuai ukuran yang ditetapkan
perusahaan (misal: 3 m, 4 m, 2.5 m).
Alat: Manual: Chainsaw, Mekanis:
Harvester
Langkah kerja:
-
Dilaksanakan wajib sesuai aturan operasional ChainSaw maupun Harvester
yang sudah ditentukan.
-
Memeriksa batang pohon, mengukur dan menandai
bagian yang akan dipotong.
-
Pengukuran dimulai dari pangkal menuju ujung.
5. Stacking Infield
Adalah kegiatan penumpukan batang setelah aktivitas Debarking dan Bucking yang bertujuan untuk kayu lebih mudah dan cepat di ekstrak.
Alat: Manual: Kru manual, Mekanis:
Harvester, Semi mekanis: Pre buncher
Langkah kerja :
-
Manual: Penumpukan dilakukan
setelah kayu kering untk meringankan beban saat menumpuk. Dalam satu tumpukan: 10-15 batang (alat ekstraksi
forwarder / pontoon darat). ±60 batang / 2 x 1 meter (alat ekstraksi skidder).
-
Mekanis: Harvester melakukan penumpukan dengan cara
menghampar potongan kayu (tual) dalam satu jalur.
-
Semi mekanis; Pre buncher menumpuk batang dalam
keadaaan masih full log (belum di bucking). ±10-15 pohon / tumpuk.
6. Extraction
Merupakan aktivitas pemindahan kayu dari tempat
penebangan ke tempat pengumpulan dipinggir jalan yang bertujuan untuk:
-
Mengeluarkan semua kayu yang ada di infield menuju TPn dengan waktu dan
biaya seminimal mungkin.
-
Menjamin kualitas kayu dan kebersihan kayu.
-
Meminimalkan dampak lingkungan.
Alat: Skidder, Forwarder, Ponton darat
Langkah kerja: Alat ekstraksi mengambil kayu dengan berjalan
sesuai jalur sampah / jalur sarad, maintraill, secondary trail
7. Clean Up
Aktivitas membersihkan kembali areal yang sudah di ekstrak
dan mengangkat kayu yang masih tersisa yang bertujuan untuk membersihkan, mengambil
kayu-kayu residual yang tertinggal di areal.
Alat: Ponton darat, Skidder, Forwarder
Langkah kerja :
-
Pengambilan dilakukan sebersih mungkin agar lulus
RWA
-
Standar RWA, kayu yang tersisa tidak boleh lebih
dari 5 m³ / Ha
-
Merupakan bagian dari kontrak pekerjaan Fullpackage
harvesting.
C. Post Harvesting
Post
Harvesting adalah kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan yang meliputi:
1.
Harvesting Quality Assesment (HQA)
2.
Residual Wood Assesment (RWA)
3.
Environmental Assesment (EA)
Secara
umum kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk menilai hasil pemanenan kayu yang
telah dilakukan oleh kontraktor dan Riau fiber akan menilai apakah kontraktor
telah melaksanakan semua persyaratan yang tertuang dalam penilaian mutu
pemanenan.
1. Harvesting Quality Assessment (HQA)
Kegiatan
untuk menguji kualitas areal hasil panen yang selanjutnya akan diserahkan
kepada departemen plantation dengan penilaian kualitas harus lebih dari 75 %
sehingga dapat dilakukan penanaman. Kegiatan ini dilakukan oleh departemen
planning setelah prosess pemanenan selesai. Adapun kriterianya adalah sebagai
berikut :
a.
Pemanfaatan sumber daya, meliputi:
o
Tinggi tunggul
o
Kayu tidak ditumbang
o
Pohon tertinggal (per 3
jalur contoh dengan panjang 100 m)
o
Panjang potongan kayu
b. Konservasi tanah, meliputi:
o
Jalur sampah sesuai dengan mikroplan
o
jarak antara jalur 15 m (± 1 m penyimpangan)
o
Pembuatan jalan skidder
o
Sampah / ranting ditumpuk kejalur
c. Perlindungan lingkungan, meliputi :
o
Areal konservasi / rivarrian dilindungi dengan benar
o
Penumpukan kayu untuk forwarder seragam dengan 10 batang untuk kupas
kulit dan 20 batang untuk kayu tidak dikupas
o
Sampah-sampah dan camp temporer dibongkar / dibuang sesuai SOP
o
Alat-alat penarik tidak masuk ke tempat dilarang masuk.
d. Kesehatan dan keselamatan kerja, meliputi
kegiatan-kegiatan yang tidak aman dan kecelakaan yang diakibatkan oleh
kelalaian dalam waktu 1 bulan.
2. Residual Wood Assesment (RWA)
Kegiatan pengukuran yang dilakukan secara
sistematis terhadap areal bekas tebangan yang bernilai ekonomis yang tertinggal
di areal bekas tebangan yang dilakukan setelah proses clean up dan bertujuan untuk mengetahui sisa-sisa kayu yang
tertinggal yang masih bisa dimanfaatkan dan mengetahui layak tidaknya suatu areal untuk
ditanam.
Syarat-syarat RWA:
-
Diameter kayu minimal ≥ 8 cm
-
Panjang kayu minimal ≥ 2.5 m
3. Environmental Assesment
Suatu kegiatan penilaian terhadap lingkungan
disekitar areal penebangan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan
konservasi. Kegiatan ini dilakukan langsung oleh pihak environment di setiap
sektor. Adapun indikator yang menjadi penilaian dalam environment assesment
ialah:
a. Daerah sekitar riparian, meliputi:
o
Pohon yang ditebang di wilayah riparian
o
Pohon yang ditebang di sepanjang alur riparian
o
Penandaan batas untuk wilayah RMA dengan pohon-pohon
b. Area konservasi meliputi kemiringan lereng
(>40%)
c. Kompartemen / Felling cope, meliputi :
o
Jalur pengangkutan ditutupi oleh sampah
o
Sampah telah diambil dari tempat penumpukan kayu
o
Kontaminasi minyak > 1 meter diameternya di area
o
Dilaporkan apakah ada limbah industri / domestik.
Sistem Pemanenan yang Digunakan di Riau Fiber
Ada 3 sistem yang umum
digunakan di Riau Fiber :
A.
Manual
B.
Mekanis
C.
Semi mekanis
A.
Manual
Ø Kombinasi antara
pekerjaan manual (Manual Crew) untuk kegiatan felling->stacking dan
skidder untuk penyaradan (tumpukan di lokasi tebangan ukuran 2 x 1 meter).
Ø Kombinasi antara
pekerjaan manual (Manual Crew) untuk kegiatan felling->stacking dan
forwarder/ ponton darat untuk penyaradan (10-15 batang / tumpuk)
Kendala :
•
Produktifitas pekerjaan manual rendah.
•
Perlu pengawasan ekstra (mengawasi banyak pejerja).
•
Tumpukan terkadang tidak ada lubang sling.
•
Pengupasan kurang bersih.
•
Diantara tumpukan diganjal kulit agar tampak lebih
tinggi.
•
APD/PPE tidak digunakan dengan benar.
•
Panjang potongan batang tidak seragam, karena
sering tidak dilakukan pengukuran pada saat pemotongan batang.
Kelebihan :
· Hemat biaya
· Menciptakan lapangan pekerjaan
· Kayu bisa dimanfaatkan sampai ukuran yang
terkecil
B. Mekanis
Ø Kombinasi Harvester
untuk kegiatan felling-> stacking dan forwarder/ ponton darat atau alat
ekstrak lainya untuk ekstraksi.
Ø Kombinasi feller Buncher
untuk kegiatan felling-stacking dan forwarder, ponton darat atau alat ekstrak
lainya untuk ekstraksi.
Kendala :
- Untuk diameter kayu yang kecil / kayu masih muda maka ketika dikupas mudah pecah / patah sehingga kayu tidak bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp.
- Tumpukan kayu dan sampah tidak dipisah.
- Ketersediaan alat/ availabilitas tidak prima (terutama Head, rantai chainsaw).
- Pengupasan tidak bersih terutama di pangkal batang dan percabangan
Kelebihan :
·
Produktivitas tinggi
·
Lebih
sustainable daripada sistem manual.
C. Semi Mekanis
Ø Manual kru menebang
(Felling) + topping + delimbing. Excavator melakukan pengumpulan
(Pre-bunching), Debarker mengupas dan menumpuk (stacking), selanjutnya manual
kru melakukan Bucking. Kemudian ponton darat atau forwarder melakukan
extraction.
Ø Manual kru menebang
(Felling) + topping + delimbing. Excavator Prebunching, Skidder Extraction (Tree
Length Method). Debarker mengupas dan menumpuk di TPn. Operator chainsaw
bucking di TPn.
Ø Operator chainsaw
menebang (Felling), bucking, debarking
dan excavator PC 100 melakukan pengumpulan (infield satcking 2x1 m), dan
skidder melakukan extraction. Biasanya dilakukan pada areal dengan slope
tinggi/curam.
Kendala :
·
Pada saat kayu
akan dikupas oleh Debarker, kayu sudah kering sehingga sulit terkupas, hal ini
karena kayu terpapar panas terlalu lama setelah ditebang. Dari laporan dilapangan kayu hasil debarker di TPn
ternyata kurang bersih dan banyak sampah kulit. Masih banyak percabangan yang
terpotong tidak benar atau bahkan tidak dipotong sebelum dikupas, yang
menyebabkan debarker sulit mengupas. Seharusnya
operator chainsaw setelah menebang juga
melakukan pemotongan cabang dan ranting (delimbing).
Kelebihan :
·
Meningkatkan
produksi dan produktivitas
Hasil Study Kegiatan Harvesting
- Underbrushing: 4-5 Hk/Ha
- Manual crew felling (sambas): 2m³- 2,2m³ /hari/orang
- Harvester: 15-20 m³/ jam/ unit atau 55 pohon / jam
- Ponton darat: 15 m³/ jam/ unit
- Skidder: 20-25 m³/ jam/ unit
- Forwarder: 25-30 m³/ jam/ unit
- Clean up: 1,5 Ha/ hari/ unit
- Excavator loading: 1 jam 20 menit / truk. Biasanya 15 truk (± 34 ton)/ hari/ unit exc loading.
- 1 m³, biasanya terdiri dari 3-4 batang pohon. 1 m³ terdiri dari 12-15 tual.
- Jam kerja alat berat setiap hari bervariasi dari 10 – 20 jam. Rata-rata 15 jam per hari.
History
Harvesting System Development
2000
Ø Sistem manual, tidak kupas
Ø Sistem ekstraksi menggunakan forwarder
2001
Ø Sistem manual
Ø Kupas di infield
2003-2005
Ø Mechanical Harvesting (Harvester)
Kelebihan:
meningkatkan produktivitas, lebih sustainable daripada sistem manual.
Kekurangan: Harga / biaya
mahal, wood recovery rendah (tunggul tinggi and kayu pecah
/ rusak), kualitas pengupasan kurang
2006
Ø Mechanical Harvesting (Excavator + Sleigh)
Kelebihan:
Reduce biaya ekstraksi.
2007
Ø Pre felling (Chainsaw) + Pre bunching (sebelum kupas)
+ Harvester.
Kelebihan:
Meningkatkan produksi dan produktivitas, increase avaibility (biaya maintenance
rendah), meningkatkan wood recovery (tinggi tunggul rendah)
Kekurangan:
Diameter kecil sering rusak, kualitas pengupasan rendah, kualitas lahan (soil
coverage breakage and bark).
2008
Ø Pre felling (Chainsaw) + Debarker Head (Infield and
full tree length debarking)
Kelebihan: Meningkatkan produktivitas kegiatan pengupasan, Biaya
/ harga mesin rendah.
Kekurangan: Diameter kecil sering rusak, kualitas pengupasan
rendah, kualitas lahan (soil coverage breakage and bark), Pengupasan di infield
meningkatkan waktu tidak efektif karena pergerakan alat, lower wood recovery
(kemungkinan yang tinggi terjadi log / kayu pecah dan rusak karena sistem kayu
kupas panjang), soil compaction (machine movement), infield debarking (unclean
log).
Chainsaw
Operation
APD
(Alat Pelindung Diri) dalam mengoperasikan chainsaw:
-
Helmet protector
-
Ear plug
-
Chapsaw
-
Safety shoes
-
Glove
A. Teknik
mengoperasikan chainsaw secara benar dan aman:
-
Safety aids.
-
Teknik menghidupkan
mesin.
Ada
2 teknik:
ü Pijak:
Tekan dengan tangan, tarik tali dengan otot tangan. Dilakukan saat chainsaw
dingin.
ü Gantung:
Jepit dikaki 45°
& dihidupkan. Dapat dilakukan saat mesin panas.
-
Assesment tree
Penilaian
apakah pohon yang ditumbangkan aman lihat kecenderungan pohon, beban tajuk,
topografi lahan, pohon lain, arah tumbangan & angin.
-
Membersihkan pangkal
kayu
-
Membuat jalan darurat
45° kekiri & kekanan dari arah tebangan /
takik.
-
Menumbang pohon pada
posisi terbuka
-
Tunggul pohon yang
ditebang dibuat serendah mungkin (± 5 cm dari permukaan tanah).
-
Tidak menembak lebih
dari 3 pohon
-
Kondisi chainsaw prima
(maintenance & kelayakan)
-
Semakin condong pohonya
SCARF (takik) semakin kecil, lakukan borecut.
-
Menghentikan
penumbangan apabila ada orang (alat) berada pada posisi 2x tinggi pohon.
-
Pakaian kerja berupa
baju yang nyala (norak) & mudah dikenali / dilihat terutama pada saat
malam.
-
Pohon-pohon yang berada
di dekat riparian diusahakan tidak direbahkan
ke arah riparian.
-
Lakukan penebangan pada
pohon yang benar-benar aman terlebih dahulu.
-
Tinggalkan / beri tanda
pada pohon yang dinilai berbahaya, rencanakan secara benar teknik
penumbanganya.
-
Dilarang meninggalkan /
membiarkan pohon menggantung setelah dibuat takik rebah / balas.
Teknik Felling:
a.
Teknik Menebang Sistem Konvensional:
Merupakan teknik yang umum digunakan dalam
penebangan, ada 3 langkah:
-
Membuat potongan atas
(top cut) 45° miring kearah
bawah, kira-kira sedalam (jarak horisontal) 1/3 - 1/4 diameter pohon.
-
Membuat potongan bawah (under cut) arah horisontal, potongan bertemu
dengan top cut. Kedalaman 1/3 - 1/4
diameter pohon.
-
Membuat takik balas kira-kira 3 cm (diatas) dari dasar takik rebah.
b. Teknik Menebang Sistem Baji
Tepat digunakan untuk pohon berposisi miring
menghindari pohon tumbang ke arah posisi miringnya, langkahnya:
ü Membuat potongan takik rebah dan tentukan engsel.
ü Membuat potongan tempat baji, separuh diameter
sampai engsel. masukkan baji dengan 45° ke arah engsel.
ü takik balas
c.
Teknik Menebang Sistem Bor Cut
Tepat
digunakan untuk pohon berposisi miring guna menghindari pohon tumbang ke arah
posisi miringnya. Yang harus dilakukan adalah:
-
Membuat potongan takik
rebah
-
Membuat bor cut
-
Membuat takik balas
Kecelakaan kerja pada
kegiatan penebangan:
-
Ranting, dahan, pohon
menggantung, menimpa kepala pekerja.
-
Pekerja tidak terlatih
dan kurang pengalaman
-
Gergaji rantai jatuh
dan menimpa kaki pekerja
-
Bahaya pohon rebah
tidak sempurna
-
Bahaya menebang pada
areal curam
-
Bahaya pohon tersandar
akibat angin kencang
-
Tumbuhan menjalar
menarik dahan / pohon mati saat pohon rebah.
B. Teknik Pemotongan
cabang ranting dan ujung pohon:
-
Safety aids
-
Pemangkasan ujung
(topping) dilakukan sampai diameter batang 5 cm.
-
Pemangkasan dahan dan
ranting diharuskan rata dengan pokok pohon.
-
Dahan dan ranting yang
tidak dimanfaatkan diletakkan pada rencana jalan sarad.
-
Saat akan memotong
dahan, diusahakan berada pada posisi aman dan berada pada sisi yang
bersebelahan dengan dahan pohon.
-
Tidak dibenarkan
memotong dahan dimana pekerja berposisi menaiki atau sejajar dengan posisi
dahan.
-
Sesuaikan genggaman
pada pegangan gergaji dan posisi gergaji.
-
Perhatikan gergaji, dan
topanglah gergaji dengan paha.
-
Jika memungkinkan,
usahakan agar pohon ikut menopang bobot gergaji.
-
Gunakan gergaji sebagai
pengungkit dengan memanfaatkan pencengkram (spikes) sebagai penambat.
-
Apabila pohon memiliki
percabangan atau dahan atau ranting yang kecil dan sedang, maka operator dapat
bekerja dari pangkal batang ke arah puncak.
2.4.Baserah Central Nursery (BCN)
Baserah
Central Nursery adalah suatu tempat pembibitan yang bertujuan menyediakan bibit
tanaman pokok untuk di tanam pada areal yang telah di tentukan. Ada 4 area di
bagian Nursery BCN, yaitu:
1.Mother Plant House (MPH)
Mother
Plant House adalah wadah tempat tumbuhnya tanaman induk. Tanaman induk ialah tanaman yang tumbuh dan
menghasilkan tunas dan tunas yang dihasilkan dapat diproduksi menjadi tanaman
yang baru dengan gen yang sama. Media yang digunakan untuk tanaman induk yaitu
80% pasir dan 20% coco peat. Mother plant house BCN dibagi atas 4 blok, tiap
blok kapasitas nya 15 box yang panjangnya 24 m, lebar 1 m dan tinggi 0,25 m.
Gambar a
Keterangan :
Gambar a merupakan gambar mother plant eucalyptus
Pupuk yang digunakan untuk planting mother plant
adalah osmocote sebanyak 5 kg/m
,
agroplant sebanyak 5 kg/m
dan Roscopate sebanyak 3 kg/m
. Jarak
tanam untuk tanaman acacia mangium adalah 12,5 cm x 12,5 cm x 12,5 cm sedangkan
untuk eucalyptus 15 cm x 15 cm x 15 cm dan untuk acacia crassicarpa 15cm x 12,5
cm.
Kriteria tunas
yang dapat dipanen:
1.
Panjang minimal 10 cm.
2.
Bebas hama penyakit.
Perawatan
tanaman induk yang dilakukan :
1.
Topping : Kegiatan pemotongan pucuk daun yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tunas baru, dilakukan 2 minggu setelah tanam dan untuk pemanenan
dilakukan 2 minggu setelah topping
2.
Vertigation : Kegiatan penyiraman dan pemupukan yang dilakukan secara
bersamaan dan otomatis pada jam-jam tertentu
2.Production
House
Production
House adalah rumah tempat bibit diproduksi sebelum dipindahkan ke Open Area. Media
yang digunakan di Production House BCN adalah 100% coco peat. Pupuk yang
digunakan :
- Agroplant
- Osmocote
- Roscopate
Gambar a Gambar b
Keterangan :
Gambar a
merupakan gambar kegiatan yang ada di production house, gambar b merupakan
gambar daun acacaia mangium yang telah di potong dan siap tanam.
Kegiatan pada
production house meliputi :
·
Persiapan trai dan tube
a) Lansir
ex. Media
b) Banting
ex media atau membuang media
c) Lansir
trai ke production house
d) Bongkar
trai dari sektor
e) Seleksi
trai
f) Sterilisasi
trai dan tube menggunakan trai wahser dengan suhu 85
C
·
Persiapan media
Media
yang digunakan adalah 100% coco peat .
Kriteria
coco peat yang digunakan sebagai media :
a) Electro
Conductivity,yaitu Kemampuan media untuk mengikat dan menyimpan air dibawah
1000 Ms.
b) PH
atau tingkat keasamannya antara 5,8 – 6,8
c) Warna
kecoklatan.
d) Tidak
bercampur dengan sampah atau benda lain.
·
Persiapan
pupuk
Pupuk yang digunakan untuk tanaman
acacia mangium dan acacia crassicarpa ialah pupuk agroplant sebanyak 5 kg/m
dan pupuk
osmocote sebanyak 5 kg/m
, sedangkan untuk tanaman eucalyptus menggunakan pupuk
agroplant sebanyak 5 kg/m
dan Roscopate
sebanyak 3 kg/m
.
·
Cutting dan Setting
Cutting
: Menggunting daun tunas hingga hanya 1/3 bagian daun yg tersisa beserta
batangnya.
Kriteria
cutting pada acacia mangium :
Ø
Ambil dari internot
ke-2 dan ke-3
Ø
Panjang batang 2,5 cm –
3 cm
Ø
Daun yang disisakan
hanya 1/3 bagian
Kriteria cutting
pada eucalyptus :
Ø Batang
dipotong dengan mengikutsertakan pucuk
Ø Panjang
batang 7 cm – 15 cm
Ø Daun
disisakan minimal 4 helai daun utama
Setting :
Penanaman tunas ke dalam tube yang telah diisi dengan media dan pupuk.Kriteria
setting pada acacia mangium :
Ø Batang
ditanam tepat ditengah media.
Ø Penanaman
harus tegak lurus.
Ø Batang
yang tertanam harus separuhnya dr batang utama.
Kriteria
setting pada Eucalyptus :
Ø Batang
ditanam tepat ditengah media.
Ø Penanaman
harus tegak lurus.
Ø Batang
yang tertanam hanya 1 cm – 2 cm saja.
·
Labeling
Informasi
yang terdapat pada label :
1. Date
setting atau tanggal tanam
2. Asal
mother plant
3. Nomor
box
4. Seed
lock number
5. Nomor
tim produksi
3.Rooting Area
Rooting
area adalah rumah tempat tanaman dirawat sampai bertunas dan berakar dengan
memanfaatkan sistem pengelolaan misting regime. Baserah Central Nursery
memiliki 12 rooting area yang luasnya 24 m x 60 m. Setiap area terbagi atas 3
blok (A,B,C) kapasitas keseluruhan dalam rooting area yaitu sebanyak kurang
lebih 6000 trai.
Bagian-bagian
dalam rooting area :
1.
Foot bath
2.
Agripal
3.
Shade net
4.
Cool net
Aktivitas di
dalam rooting area :
1. Sterilisasi
2. Transfer
dari production house ke rooting area
3. Pembukaan
shade net dan Cabut Tanaman Mati (CTM)
4. Pelangsiran
dari rooting area ke open area
Root
strike adalah kemampuan tanaman untuk dapat berakar
Rumus Root
strike :
4.Open Area
Open area adalah areal dimana bibit diletakkan pada
areal terbuka agar terkena cahaya matahari secara merata dan siap untuk dikirim
ke areal tanam. Pada open area di BCN terdapat 18 boom yang terdiri dari 24
bedengan. 1 bedeng mampu menampung 384 tray, tiap tray berisi 96 batang bibit.
Jika ditotal jumlah bibit yang dihasilkan keseluruhannya adalah 165.888 batang
bibit.
Gambar
a
Keterangan :
Gambar a
merupakan gambar lokasi di open area
Kegiatan yang
dilakukan pada open area ialah sebagai berikut :
1. Transfer
bibit dari rooting area ke open area
2. Spacing,
agar bibit mendapat cahaya secara merata dan pemberian fungisida sebanyak 2x
dalam seminggu
3. Labeling
4. Top
dressing, yaitu penambahan media dan pupuk untuk bibit yang media nya berkurang
5. Seleksi,
bibit harus bebas dari hama penyakit,kekompakan akar mencapai 85%
6. Konsolidasi
Hama Penyakit
Pestisida
Adalah
zat kimia yang di gunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit serta gulma
yang menggangu tanaman utama yang di usahakan.
Pembagian
pestisida
a.
Insektisida
Adalah
zat kimia untuk mengendalikan serangga, merk dagangnya :
Ø Dursban(Kontak,
konsentrasi 0,2%)
Ø Confidor
(sistemik, konsentrasi 0,04%)
Ø Decis
(kontak, konsentrasi 0,05%)
Ø Kuracron
(kontak, konsentrasi 0,1%)
Ø Demolish
(kontak, konsentrasi 0,1%)
b.
Fungisida
Adalah
zat kimia yang di gunakan untuk mengendalikan jamur, merk dagangnya :
Ø Antrakol
(kontak, konsentrasi 0,2%)
Ø Score
(sistemik, konsentrasi 0,1%)
Ø Delsene
(kontak dan sistemik, konsentrasi 0,2%)
Ø Anvii
(sistemik, konsentrasi 0,1%)
Ø Bavistin
(sistemik, konsentrasi 0,2%)
c.
Bakterisida
Adalah
zat kimia yang di gunakan untuk mengendalikan bakteri. Merk dagang :
Ø Plantomycin
(sistemik, konsentrasi 0,1%)
Ø Agrept
(sistemik, konsentrasi 0,1 %)
d.
Akarisida
Adalah
zat kimia yang di gunakan untuk mengendalikan tungau, merk dagangnya :
Ø Harad
(kontak, konsentrasi 0,05%)
Ø Dicofan
(kontak, konsentrasi 0,05%))
Ø Samite
(kontak, konsentrasi 0,05%)
e.
Herbisida
Adalah
zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma, merk dagangnya :
Ø Bravoxon
(kontak, konsentrasi 0,7%)
Ø Smart
(sistemik, konsentrasi 0,72%)
Ø Mitsulindo
(sistemik, konsentrasi 0,32%)
Ø Metafirma
(sistemik, konsentrasi 0,032%)
Jadwal
penyemprotan di mother plant
1.
Acacia
mangium
·
Fungisida 1 x seminggu
·
Insektisida 1 x
seminggu
2.
Eucalyptus
Sp
·
Bakterisida 2 x
seminggu
·
Insektisida 1 x
seminggu
·
Fungisida 1 x seminggu
Tenaga kerja
untuk menyemprot 1 Hk dengan target 16 kap/200 L air/hari.
Jenis hama di
mother plant
1.
Whitefly
Hidup
dibawah daun, berwarna putih, tidak mengisap cairan tanaman, menggangu
fotosintesis, warna daun berubah. Pengendaliannya menggunakkan insektisida
drushband 0,2%, confidor 0,009.
2.
Ulat Spodoptera /
tentara
Aktif
dimalam hari pengendalian menggunakan Kuracron, ulat makan dan berkelompok.
3. Ulat
Penggulung Daun (Eucalyptus Sp)
Pucuk
menggulung di dalam ada ulat, pengendalian dengan confidor.
4. Trip
(kassicarpa kekuningan kecil)
Menghisap
cairan dan, warna kekuningan, pengendalian Demolus 0,1%
Penyakit pada Acacia mangium
1.
Areu Cacida Digi Tata
Disebabkan
oleh jamur, pengendalian menggunakan fungisida delcone
Penyakit pada Eucalyptus
1.
Bakteri layu
Penyebab
bakteri. Pengendalian menggunakan Agrept dan Plantomycine
2.
Pengendalian Tungau
Ciri-ciri
= Hidup di bawah daun muda, sifatnya menghisap cairan daun.
Ciri-ciri
tanaman yang terserang pucuk daun menguning.
Jadwal Penyemprotan di Rooting AREA
1.
Eucalyptus
2x
Fungisida / Minggu
1x
Bakterisida / Minggu
1x
Insektisida / Minggu
Penyakit
1.
Clyndro Cladium
Disebabkan
oleh jamur, biasanya tanaman busuk, penyemprotan menggunakan Antrakol 0,2%.
Bakteri layu pengendalian dengan agrept.
Hama
1.
Ulat Penggulung Daun
Pengendalian
Drush Band dan Confidor
Acacia
Mangium ulat spodoptera (musiman saja)
Jadwal
Penyemprotan di Open Area
1.
Eucalyptus
-
2x Fungisida / minggu
-
1x Insektisida / minggu
Penyakit
-
Clyndro Cladium
Hama
-
Ulat Penggulung Daun
2.
Acacia
Mangium
-
1x dalam seminggu
penyemprotan Fungisida
-
1x dalam seminggu
penyemprotan Insektisida
Penyakit
Arew
Cianida adalah jamur ciri-ciri daun berbintil, batang mengalami perubahan
bentuk, pengendalian menggunakan Delsen.
Acacia
crassicarpa
-
2x dalam seminggu
penyemprotan Bakterisida
-
1x dalam seminggu
penyemprotan Fungisida
-
1x dalam seminggu
penyemprotan Insektisida
Penyakit
1.
Xantomonas
sp.
Disebabkan
oleh bakteri, pengendalian dengan Agreat dan Plantolicine.
Hama
1.
Spodoptera
sp.
Pengendaliannya
dengan curacron
2.
Helopeltis
sp.
Menyerang
Acacia mangium, pengendaliannya
menggunkan Decis
Rasonea
Sp menyerang di ekaliptus
Spodoptera sp. Musuh
alaminya Sikanus
2.5 Forest Protection
Forest
protection adalah suatu kegiatan menjaga, melindungi hutan dari pihak satu ke
pihak lain. Departement forest protection merupakan suatu departement yang
bertugas untuk melindungi hutan dari pihak internal (kontraktor) dan pihak
eksternal (illegal loging / perambah).
Ada
tiga aspek yang harus dilindungi :
A. Kebakaran
(Fire)
B. Lingkungan
(Environment)
C. Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (Safety)
2.5.1
Kebakaran
( Fire)
Kebakaran
dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang sama tetapi
mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran identik dengan kejadian yang tidak
disengaja sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan
tetapi tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu kebakaran.
Api
adalah suatu reaksi kimia antara bahan bakar, sumber panas dan oksigen yang
menyatu secara seimbang. Pengertian api bisa dituangkan ke dalam :
Oksigen
API
|
Sumber panas Bahan bakar
Keterangan
:
1. Oksigen
adalah gas yang tidakdapat terbakar, hanya mendukung proses pembakaran. Agar terjadi
pembakaran dibutuhkan minimal 16 % oksigen. Diatas permukaan laut, atmosfir
kita memiliki oksigen dengan konsentrasi 21 %.
2. Bahan
bakar hutan adalahsetiap tumbuhan baik
yang masih hidup maupun yang telah mati yang akan terbakar bila ada sumber api.
Bahan bakar hutan terdapat di dalam tanah, pada permukaan tanah dan di atas
permukaan tajuk pohon.
3. Panas
merupakan suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur
suatu benda/bahan bakar sampai ke titik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut
tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan. Panas ini disebabkan
oleh adanya sumber penyulut dalam kebakaran hutan. Sumber penyulut ini sebagian
besar disebabkan oleh manusia baik secara sengaja maupun yang tidak sengaja.
Tiga
komponen segitiga api tersebut diperlukan oleh api agar dapat menyala dan
mengalami proses pembakaran. Secara umum proses pembakaran terjadi melalui dua
proses, yaitu proses secara kimia dan secara fisik. Proses ini berlangsung
dengan cepat dan memisahkan jaringan-jaringan tanaman menjadi unsur kimia,
diiringi dengan pelepasan energi panas. Sebagai satu reaksi kimia, proses ini
berlawanan dengan proses pembentukan bagian-bagian tanaman melalui proses
fotosintesa.
Proses fotosintesa :
CO2 + H2O
+ Energi matahari (C6H10O6) + O2
Proses pembakaran:
(C6H10O6)n + O2 + panas penyalaan CO2 + H2O + panas (Bahan bakar) (oksigen)
(panas/sumber penyulut)
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan :
1.
Bahan
Bakar
Salah
satu faktor yang berperan dalam kebakaran hutan adalah bahan bakar. Selain itu
faktor-faktor yang berperan yang masih dekat hubungannya dengan bahan bakar
adalah jenis vegetasi dan kerapatan tanaman. Jenis vegetasi dan kerapatan untuk
jenis hutan tropis terjadi proses siklus makanan yang tetap, dimana jika
kondisi stabil tanpa ada kegiatan penebangan maka proses dekomposisi dapat
berjalan dengan normal sehingga serasah, ranting dan lainnya mengalami proses
pembusukan alami untuk sumber makanan kembali bagi tanaman. Sehingga tingkat
kerawanan kebakaran pada hutan tropis sangat kecil sekali. Akan tetapi kedua
hal tersebut akan menjadi potensi bahan bakar yang besar pada kondisi yang
tidak stabil dan ekstrim untuk terjadinya kebakaran hutan kalau ada sumber
penyulut api.
Semua
material yang tumbuh di hutan komposisi kimianya tersusun dari selulosa,
hemiselulosa, lignin, zat ekstraktif dan mineral. Selulosa (C6H10O5)n adalah
komponen yang paling dominan dalam jaringan tanaman berupa karbohidrat seperti
tepung glukosida. Hemiselulosa adalah karbohidrat polisakarida dengan panjang
rantai yang lebih pendek dari pada selulosa yang didapatkan di dalam asosiasi
dengan selulosa di dalam dinding sel tanaman. 50 – 70% dari sebagian besar
jaringan tanaman terdiri dari selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam
material yang hidup, lignin mengandung 15 – 35% dari berat ranting. Berdasarkan
tingkatan atau susunan secara vertikal, bahan bakar dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu :
a.
Bahan
bakar atas
Semua bahan bakar hijau
(hidup) dan mati yang terdapat di kanopi hutan, meliputi cabang ranting dan
mahkota pohon serta semak belukar yang tinggi.
b.
Bahan
bakar permukaan
Semua bahan yang dapat
terbakar di atau dekar permuaan tanah, meliputi daun-daun kering, rumput,
batang, ranting belukar dan bahan organik yang terdapat di lantai hutan atau
permukaan tanah.
c.
Bahan
bakar bawah
Semua bahan yang dapat
terbakar yang terdapat di bawah permukaan tanah, meliputi bonggol akar,
batubara, akar-akar tanaman dan pembusukan bahan-bahan kayu lainnya. Selain
tipe bahan bakar , karakteristik bahan bakar yang mempengaruhi mudah atau
tidaknya terbakar adalah ukuran bahan bakar, susunan bahan bakar, jumlah bahan
bakar , kekompakan bahan bakar dan kondisi bahan bakar.
Berdasarkan
ukuran, bahan bakar dibagi menjadi :
1.
Bahan bakar ringan
Yang tergolong bahan
bakar ringan (light fuels) atau bahan bakar halus (fine fuels)
adalah ranting, daun, rumput, dahan-dahan kecil, daun jarum pinus, dan
lain-lain. Bahan bakar halus akan mudah menyerap air tetapi akan cepat pula
melepaskannya (cepat basah, tetapi cepat kering). Bahan bakar ringan seperti
rumput-rumput yang kering, hanya memerlukan panas yang sedikit untuk mulai
terbakar. Bila rumput mulai terbakar, maka rumput itu akan terbakar dengan
cepat. Oleh karena itu bahan baker halus sering digolongkan sebagai bahan bakar
yang cepat terbakar.
2. Bahan
Bakar Berat
Bahan bakar berat (heavy
fuels) atau bahan bakar kasar (coarse fuels), merupakan bahan bakar
berukuran besar, misalnya dolok, tunggak pohon, pohon berdiri, dan lain-lain.
Bahan bakar kasar biasanya akan lambat menyerap air tetapi juga akan lambat
melepaskannya (lambat basah dan lambat kering). Bahan bakar kasar akan
memerlukan panas yang lebih banyak untuk mulai terbakar, dibandingkan dengan
bahan bakar halus. Oleh karena itu bahan bakar kasar akan lebih lambat
terbakar, namun bila sudah terbakar akan sulit dipadamkan.
Letak potongan-potongan
bahan bakar yang satu dengan lainnya di dalam hutan akan sangat mempengaruhi
perilaku api. Penyusunan bahan bakar akan berpengaruh terhadap:
a. Laju
pemasokan oksigen untuk reaksi pembakaran
b. Laju
penguapan air dari bahan bakar
c. Tingkat
pemindahan panas melalui radiasi dan konduksi
d. Arah
penjalaran api
e. Laju pembakaran dan penjalaran
Berdasarkan
kondisi, bahan bakar terdiri atas :
a. Kadar
air bahan bakar
Kadar air bahan bakar
akan menentukan mudah-tidaknya bahan bakar untuk terbakar. Kemudahan untuk
tersulut dan terbakar, laju penjalaran api, proses terjadinya api lompat dan
intensitas api, dipengaruhi oleh kadar air bahan bakar.
Variabel utama yang
mengontrol kadar air bahan bakar pada bahan bakar mati adalah curah hujan,
kelembaban relatif dan suhu. Angin dan penyinaran matahari merupakan faktor
penting pada pengeringan bahan bakar, dimana pengaruhnya pada perubahan suhu
bahan bakar dan suhu dan kelembaban relatif pada udara yang berbatasan langsung
dengan permukaan bahan bakar.
b. Kondisi
lain bahan bakar hutan
Kondisi lain bahan bakar
hutan yang cukup penting adalah kandungan zat minyak (resin) pada kayu dan
kulit pohon. Resin mudah terbakar bila ada sumber api.
2.
Topografi
Mengetahui bentuk
permukaan tanah (topografi) sangat penting untuk mengontrol suatu kebakaran.
Pengendalian kebakaran yang terjadi di bukit dan lereng lebih sulit dibanding
dengan lahan datar. Ada beberapa hal pengaruh kemiringan terhadap kebakaran
Pada lahan yang miring nyala api akan mendekati bahan bakar yang ada di atasnya
dan akan bergerak lebih cepat dibanding lahan yang datar. Tanaman akan menjadi
panas sebelum api menyentuhnya, dan akan lebih mudah untuk terbakar. Pada
kelerengan yang terjal akan lebih cepat api menyebar dan akan lebih sulit untuk
dikontrol. Dalam membuat sekat bakar untuk di atas lereng harus lebih lebar
dibanding jika membuat di bawah lereng. Aspek adalah posisi kemiringan terhadap
arah datangnya sinar matahari. Lahan miring yang langsung menghadap matahari,
akan lebih cepat terjadi panas dan mengalami proses pengeringan bahan bakar,
sebaliknya pada bagian lain bahan bakar relatif lebih dingin, sehingga apabila
terjadi kebakaran pada lereng yang menghadap matahari atau sebalah timur akan
lebih cepat jika kebakaran terjadi pada lereng bagian barat.
3.
Cuaca atau iklim
Faktor cuaca atau iklim
biasanya dapat diramalkan setiap kurun waktu tertentu secara teratur, sehingga
kita memiliki kesempatan sedini mungkin untuk dapat mengantisipasi hal itu.
Cuaca dan iklim mempengaruhi kebakaran hutan dengan berbagai cara yang saling
berhubungan yaitu :
1.
Iklim
menentukan jumlah total bahan bakar yang tersedia.
2.
Iklim
menentukan jangka waktu dan kekerasan musim kebakaran.
3.
Cuaca
mengatur kadar air dan kemudahan bahan bakar hutan untuk terbakar.
4.
Cuaca
mempengaruhi proses penyalaan dan penjalaran kebakaran hutan.
4.
Waktu
Waktu mempengaruhi
kebakaran hutan yaitu melalui proses pemanasan bahan bakar yang dipengaruhi
oleh radiasi matahari yang berfluktuasi dalam sehari semalam. Pada pagi hari
dengan suhu yang cukup rendah sekitar 20
C dan kelembaban relative yang tinggi yaitu sekitar
90-95% ditambah dengan rendahnya kecepatan angin membuat api tidak berkembang
sehingga terkonsentrasi pada satu titik. Sementara siang hari dengan suhu 30
C – 35
C dan kelembaban relative 70-80% sedangkan kadar air
bahan bakar cukup rendah (< 30%) membuat proses pembakaran berlangsung cepat
dan bentuk kebakarannya pun tidak satu titik, tapi berubah-ubah karena pengaruh
angin.
5.
Sumber Api/Penyulut
Sumber
api atau penyulut seperti yang telah di jelaskan diatas merupakan suatu
bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur suatu benda/bahan
bakar sampai ke titik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut tersedia dalam
jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan. Sumber penyulut ini sebagian besar
disebabkan oleh manusia baik secara sengaja maupun yang tidak sengaja.
Cara pencegahan kebakaran :
1.
Mengidentifikasi
daerah yang rawan kebakaran.
2.
Pembuatan peta
untuk kegiatan monitoring.
3.
Melakukan
kegiatan patrol.
4.
Sosialisasi
dengan masyarakat.
5.
Melatih timinti
dan tim cadangan.
6.
Mengupdate FDR
(Fire Danger Rating) dan kegiatan apa yang harus dilakukan.
Alat pemadam api ringan
(hand tools)
·
Kampak dua sisi
(pulaski)
·
Sekop
·
Parang
·
Cangkul
·
Garu
·
Chainsaw
·
Pemukul api
·
Kantong air (polda
tank)
·
Selimut api
·
Robin
Mesin pemadam kebakaran yang ada di estate Baserah
1. Mark-3
·
Berat 25 kg
·
Bahan bakar 20:1
·
Tekanan 380 psi
·
Membutuhkan tidak
banyak air, ringan dan mudah di operasikan
2.
Ministriker
·
Berat 9 Kg
·
Bahan bakar bensin
murni
·
Tekanan 85 Psi
·
Flow 256 Liter
·
Sangat efektif untuk
pemadaman awal dan pemadaman api kecil
3. Gate
way
·
Berfungsi untuk membagi air ke lebih dari satu nozle
dari selangutama.
·
Mempermudah
penyambungan selang saat sedang pemadaman dan air jalan.
4. Nozle
Cordova
·
Max Pressure 125 Psi
·
Ada dua lubang keluar
air yang tersedia sesuai dengan kebutuhan yaitu spray dan jet dan diatur dengan
handle disisi nozle.
5. Staflo
hose 1 dan 1,5 Inc
·
Bahan ringan karena
terbuat dari nylon.
·
Panjang 1 roll adalah
30 meter.
·
Coupling yang digunakan
adalah quick connect dari bahan alloy.
6. Ball
Check Valve
·
Alat yang berfungsi
untuk menahan air balik dari selang ke mesin sehingga tidak merusak pompa.
7. Strainer
& Suction Hose
·
Strainer dan Suction
Hose harus selalu diikat sewaktu operasi.
·
Strainer harus selalu
bersih dari sampah sewaktu pompa hidup.
8. Fire
Hose Roller
·
Setelah selesai
dipakai,selang harus di cuci kemudian disimpan dengan cara gulung ganda.
9. Toolkits
·
Peralatan maintenance
dan sperepart harus menggunakan standard yang dikeluarkan oleh produsen.
·
Riaufiber menggunakan
roduksi Wildfire.
5.2.2
Lingkungan
(Environment)
Adalah
suatu daerah yang ada di sekitar kita meliputibiotik dan abiotik yang saling
berinteraksi. Dasarnya ISO 14001 yaitu seri standar internasional untuk lingkungan
atau daerah dimana organisasi beroperasi termasuk udara, air, tanah, flora dan
fauna. ISO adalah suatu asosiasi global terdiri standarisasi nasional yang
beranggotakan 157 negara. Contoh di Indonesia DSN (Dewan standarisasi nasional)
Standar lingkungan
·
Tidak boleh membakar
sampah organik
dan anorganik
·
Untuk membuka HTI harus
25% diperuntukan untuk wilayah konservasi
Untuk
mendapatkan ISO ada audit yang berlaku selama 5 tahun.
Limbah B3
Contohnya
:
·
Batrai
·
Neon
·
Oli bekas
5.2.3
Kesehatan
& Keselamatan Kerja (Safety)
1. Menyiapkan
APD ( alat pelindung diri) terdiri dari :
·
Helm
·
Kaca mata
·
Earplag
·
Masker
·
Baju lengan panjang
·
Saw kap
·
Safety shoes
·
Sarung tangan
2. Ada
2 yang mempengaruhi k3:
·
Tindakan tidak aman
(80%)
·
Kondisi tidak aman
(20%)
3. K3
(Keselamatan &
Kesehatan Kerja)
OHSAS
18001
Adalah standar dasar internasional
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja berlaku untuk tempat kerja dimana di
dalamnya termasuk karyawan, kontraktor dan tamu.
2.6 Corporation
Social Responsibility (CSR)
A. Kondisi
Umum
Daerah
Baserah terdiri dari 21 desa dan 5 kecamatan. Contoh : Desa Situgal, desa Lubuk
Kebun, desa Logas, desa Rambahan, desa Teratak, dan lain-lain. Untuk suku-suku
yang ada di daerah Baserah itu ada suku Melayu, Kubu, Chaniago, Domo dan
Piliang.
B.
Kondisi
Sosial
Kondisi sosial di daerah Baserah
masih di bilang lumayan, karena sebagian rumah sudah ada kamar mandi atau WC
nya, ada juga yang tidak punya yang masih memanfaatkan sungai yang ada di depan
rumah dan sungai yang ada di sekitarnya. Kebiasaan untuk MCK (mandi, cuci,
kakus) di sungai yang ada di depan rumah atau di sekitar sungai ini masih susah
untuk di hilangkan, walaupun sudah di bangun kamar mandi atau WC umum.
C.
Kondisi
Ekonomi
Kondisi ekonomi yang ada di daerah
Baserah itu juga termasuk lumayan, tetapi kebanyakan kehidupan ekonomi
masyarakatnya masih tergolong menengah ke bawah, karena apabila melihat kondisi
rumah masyarakatnya masih banyak yang terbuat dari kayu atau papan.
Program Yang Pernah Di Lakukan
CD (Community Development) adalah
suatu program yang di berikan perusahaan RAPP kepada masyarakat yang kekurangan
ataupun daerah sekitarnya memiliki potensi yang dapat di kembangkan di daerah
itu.
Untuk kontribusi dari perusahaan
kepada masyarakatnya itu semua bahan-bahan yang di perlukan semua berasal dari
perusahaan awalnya, dan untuk kontibusi masyarakat kepada perusahaan adalah
berupa pengerjaannya dan pengolahannya. Untuk program CD ini di lakukan oleh
kelompok-kelompok di daerah, setiap sektor daerah pasti terdiri dari beberapa
kelompok yang termasuk dalam program CD tersebut.
Untuk setiap kelompok mempunyai
aturan-aturannya, apabila terdapat kesalahan yaitu seperti tidak melakukan apa
yang telah di setujui di kelompoknya masing-maasing, maka akan ada sanksi yang
di berikan sesuai dengan persetujuan dari masing-masing kelompok, seperti :
1.
Teguran.
2. Di
kembalikan apa-apa saja yang telah di berikan.
Alur Program CD
(Comunnity Development)
1. PRA/Rembuk
Desa
2. Hasil
·
Potensi Desa
·
Masalah Desa
3. PR
(Purcase Request)
RFC
(Order barang)
Proposal
4. Prokurmen
(pengadaan barang logistik)
5. Masyarakat Salak
Pondoh
Program
CD yang telah di lakukan :
1.
Program IFS (tentang
pertanian dan peternakan)
ex : Cabe, karet, ikan,
ternak, sapi, etc.
2.
Gambar a Gambar b
Keterangan :
Gambar a merupakan gambar salak pondoh, gambar b
merupakan gambar budidaya ikan
2.Program
Pendidikan
ex:
- Beasiswa tidak mampu
- Beasiswa berprestasi
3. Program
Kesehatan
Memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, kepada ibu-ibu hamil, kepada anak bayi, batita, balita dan
anak-anak kecil.
4. Program SIP (Social Infrastruktur Program)
Membangun kamar mandi atau WC umum, agar
tidak MCK (mandi, cuci, kakus) di sungai lagi
5. Program
VT (Vocaltional Tranning)
Memberikan pelatihan-pelatihan atau
keahlian-keahlian khusus, agar dapat di terapkan di kehidupan luar, kepada :
-
Anak-anak putus sekolah
-
Pengangguran
6. Program
Employed Volume
Gotong royong (agar harmonis, terbentuk
hubungan yang baik, membangun hubungan kekeluargaan, etc)
7.
Program Olahraga (Pemuda)
8. Program
CRA ( tentang keagamaan)
ex:-
Santunan anak yatim
-Pembinaan ustadz
9. Program Event Suporter
9. Program Event Suporter
ex
: Pacu jalur (daerah Kuansing)
BAB
III
TOPIK
KHUSUS
3.1.Plantation
3.1.1 Definisi
Adalah
suatu departemen yang bertanggung jawab untuk menangani tanaman mulai dari
penanaman,menyediakan bahan baku serta perawatan sampai tanaman berumur 1,5- 2
tahun.
3.1.2Persiapan
lahan
·
Parit cacing
Adalah
pariy yang di buat pada suatu kompartemen yang ukurannya 1m x 1m.
·
Batas kompartemen
Yang di tandai dengan
patok. Patok kuning adalah batas antar kompartemen, patok merah adalah batas dengan
areal konservasi, patok biru menandakan batas dengan jalan.
·
PPS (pre plant Spraying)
Merupakan persiapan
tanaman sebelum penyemprotan yang terdiri dari identifikasi jenis gulma yang
ada pada tanaman sehingga dapat di temtukab jenis herbisida yang digunakan.
·
Pembersihan sampah
Merpakan tugas dari
departemen Harvesting yakni Clean up (pembersihan areal dari sisa kayu),
Ripping area (penggemburan tanah), spriding (penyerakan sampah)
·
Infrastruktur
Merupakan sarana
penunjang dalam plantation seperti peralatan yang di gunakan, transportasi.
3.1.3Kegiatan
Plantation
Kegitan
praktikum plantation yang kami lakukan meliputi :
A Planting
Adalah suatu kegiatan penanaman tanaman
utama di areal HTI (Hutan Tanaman Industri), tujuannya untuk menghasilkan panen
kayu yang bermutu tinggi dan kualitas yang mencukupi dan dengan biaya yang
hemat. Produktifitas Planting 12 HK/ha (Sutrisno, 2012).
Keuntungan menanam
tanaman HTI
·
Menjaga stabilitas
tanah
Dengan menanam tanaman
akasia akan mampu menjaga stabilitas tanah, akar akasia mampu mengikat tanah
sehingga tanah tidak mudah labil dan unsur hara tetap terjaga karena dilakukan
pemupukan juga.
·
Menciptakan lapangan
kerja
Dengan membangun HTI
tentunya akan menyerap tenaga kerja untuk menjadi kru,mandor,asisten dll.
·
Meningkatkan kualitas
air
HTI dalam menanam tetap
menyisakan areal konservasi sebagai area green belt mpun areal riparian yang di
dalamnya terdapat sumber air dan plasma nutfah, sehingga dapat meningkatkan
kualitas air
·
Sebagai paru-paru dunia
Tanaman akasia mampu
menyerap polusi dan menghasilkan udara bersih sehingga dapat dikatakan sebagai paru-paru
dunia.
·
Mengendalikan erosi
Tanaman akasia
perkarannya mampu mengikat tanah sehingga tanah tidak mudah tererosi jika di
bandingkan dengan tidak ada tanamannya sama sekali.
Kriteria keberhasilan
planting
·
Tanaman hidup
Tanaman
yang telah di tanam harus dapat tumbuh dengan sempurna
·
Tumbuh dan berkembang
dan menghasilkan stocking besar
Tanaman
yang tumbuh harus menghasilkan jumlah tanaman yang banyak persatuan luas,
paling tidak dari 1667 tanaman yang di tanam 1000 tanaman harus hidup.
·
Waktu harus tepat
Waktu
penanaman juga harus tepat karena di RAPP menggunakan target dalam kinerjanya.
·
Biaya hemat
Biaya
yang di keluarkan juga harus sesuai dengan yang telah di anggarkan dalam
perencanaa.
·
Pekerja harus sehat
Pekerja
yang sakit tidak boleh bekerja, keran perusahaan mengutamakan keselamatan
pekerja.
Tarik seling oleh 2 orang dengan
jarak 2 M yang sudah di tandai di
seling dan 3 M menggunakan stik ukur. Posisi orang yang buat lubang di
belakang seling.
|
Siapkan perlengkapan plantation (jerigen
bibit, jerigen pupuk, tendaungan, terpal pupuk, takaran pupuk, air bersih,
air minum,tugal,dodos,seed net, bantalan pupuk) serta gubakan APD.
|
Masukan Pupuk TSP 50 gr, MOP dan ZA
40 gr (Untuk TSP 25 gr di tugal dan 25 gr di aduk di dalam lubang tanam).
Bila mereng di tugal pada posisi yang lebih tinggi
|
Buat Lubang tanam dengan dodos
ukuran 20x20x20 untuk tanah mineral (akasia mangium) ukuran dodos P : 22
cm, dan L: 12,5 cm.
|
Tugal lubang tanam yang telah
selesai kemudian keluarkan bibit yang telah terpilih dari poly tube
kemudian masukan kedalam lubang dan padatkan dengan tangan. (cara
mengeluarkan bibit dengan cara memukul tube dengan kayu secara perlahan
|
Kunci sukses dalam penanaman
·
Pemilihan titik tanam
Pemilihan
titi tanam harus tepat, tidak boleh di areal yang rawan banjir, terendam air,
parit, di atas tunggul.
·
Penanganan bibit
Bibit
tidak boleh layu atau mati bibit harus memenuhi persyaratan bibit yang baik.
·
Alat yang sesuai
Alat
yang di gunakan juga harus sesuai sperti ukuran nya, kelengkapannya dll.
·
Pemuliaan tanah
Tanah
di gemburkan sebelum melakukan penanaman tujuannya agar mempermudah perakaran
berkembang dengan baik.
·
Ukuran lubang tanam
Ukuran
lubang tanam harus standar 20 cm x 20 xm untuk akasia pada tanah normal, 25 cm
x 25 cm pada ekaliptus.
·
Kualitas bibit
Bibit
harus bagus sesuai dengan kriteria bibit yang telah di tetapkan
·
Kondisi perakaran
Kondisi
perakaran harus kompak artinya mampu mengikat tanah, jika di goyangkan tidak
banyak tanah yang jatuh.
Kriteria bibit standar
·
Tinggi 18- 20 cm
Di
ukur dari pangkal akar hingga ujung daun
·
Umur 8-12 minggu
Umur
di hitung pada saat d Nursery
·
Perakaran kompak 85%
Artinya
pada saat di goyang tidak banyak tanah yang jatuh
·
Diameter batang 2,5 mm
Diamater
di ukur oleh orang nursery menggunakan pengaris khusus
·
Mempunyai 3 helai daun
dewasa
Harus
memiliki 3 helai minimal daun dewasa yakni daun yang lebar bukan daun yang
seperti daun petai cina
·
Bebas hama penyakit
Tanaman
harus bebas hama penyakit dan harus sudah di seleksi di Nursery sebelum di
antar keareal yang akan di tanam
Areal yang tidak layak ditanam
·
Areal banjir
Tidak
boleh di tanam karena akan terendam dan busuk ketika banjir datang.
·
Jalur air
Akan
terendam air dan busuk sehingga tidak boleh di tanam
·
Di bawah batang kayu
Akan
menyulitkan perumbuhan tanaman dan apabila batang kayu tersebu lapuk akan roboh
dan menimpa tanaman tersebut.
·
Di pinggir parit
Tidak
boleh di tanam karena rawan terendam dan erosi
·
Di atas tunggul
Perkaran
tidak akan kokoh karena tidak menyentuh tanah
·
Jalur skidtrack
Jakur
arat berat padat tanahnya sehingga sulit untuk di tembus oleh perakaran tanaman
BAB
IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan dan praktek di lapangan maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Untuk
kegiatan di plantation yang kami dapatkan dan di praktekan di lapangan:
Planting (penanaman tanaman utama di areal HTI), Manuring (pemupukan pada tanaman ekaliptus), Weeding
Spraying (Peyemprotan gulma di sekitar tanaman pokok).
2. Untuk
kegiatan di Planning yang kami dapatkan dan di praktekan di lapangan adalah PMA
(Plantation Monitoring Assisment) yang bertujuan untuk mengetahui stocking dan
survival.
3. Untuk
kegiatan harvesting yang di dapatkan dan di praktekan adalah tentang
mengumpulkan kayu ke TPn dan cara penggunaan chain saw yang baik dan benar
serta membuat takik rebah dan takik balas.
4. Untuk
kegiatan Nursery yang kami dapatkan adalah bagian dari nursery sepeti Mother
Plant, Production House, Rooting area dan Open area.
5. Untuk
kegiatan Forest protection yang kami dapatkan tentang fire, environment dan
safety. Sedangkan untuk kegiatan SGR yang kami dapatkan tentang budidaya ikan
dan salak pondoh.
4.2
Saran
Sebaiknya untuk di industri, administrasi kantor utama
dan alat berat kami mendapatkan praktek lapangannya agar lebih mengerti dan
paham. Dan untuk PKL kedepan di harapkan jangan di samakan dengan karyawan yang
lagi training karena akan sangat memberatkan dan butuh kesabaran.
Daftar
Pustaka
Affandi,
Idris .2012. Bahan Ajar Harvesting. Learning & Development PT RAPP. Baserah
Muhdori.
2012. Bahan Ajar Planning. Learning
& Development PT RAPP. Baserah
Supriyadi.
2012. Bahan Ajar Plantation.
Learning & Development PT RAPP. Baserah
Sutrisno.
2012. Bahan Ajar Plantation. Learning
& Development PT RAPP. Baserah
LAMPIRAN
Gambar a Gambar b Gambar c
Gambar d Gambar e Gambar f
Keterangan
:
Gambar
a merupakan gambar suasana belajar di kelas, gamba b merupakan lokasi planting,
gambar c merupakan gambar jerigen pupuk yang berisi pupuk TSP (Keabuan), MOP
(merah) dan ZA (putih), gambar d merupakan kondosi dapur di SFTC , gambar e
merupakan pelaksanaan manuring di ekaliptus, gambar f merupakan suasana makan
siang di lapangan pada waktu planting.
Gambar g Gambar h Gambar i
Gambar j gambar k gambar l
Keterangan :
Gambar g
merupakan gambar suasana di truk, gambar h gambar pelaksanaan weeding spraying
di akasia, gambar i gambra herbisida smart, gambar j gambar kap alpha 16,
gambar k gambar alat berat yang sedang menumpuk kayu di tpk, gambar l gambar
patok batas kompartemen.
Gambar
m gambar n gambar o
Gambar
p gambar q gambar r
Keterangan
:
Gambar
m merupakan gambar plot di KPPN estate Baserah, gambar n merupakan kondisi di
dalam KPPN, gambar o ketika di suruh bernyanyi di estate baserah, gambar p
adalah ketika gotong royong, gambarq gambar ketika praktek chain saw, gambar r
merupakan gambar praktek memdamkan kebakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar