BAB
1
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Meningkatnya penggunaan
lahan pada tanah mineral yang semakin hari semakin bertambah menyebabkan
penggunaan lahan gambut untuk lahan pertanian maupun untuk lahan perkebunan
oleh masyarakat tidak terhindarkan,salah satu contoh adalah penggunaan lahan
gambut untuk lahan perkebunan karet oleh masyarakat.Pada umumnya lahan gambut
kondisi unsur haranya minim dan tidak sebagus pada tanah mineral,belum lagi
kondisi gambut yang memiliki ketebalan dan kedalaman yang berbebeda-beda.
Rawa gambut merupakan
lahan marginal,karakteristik inheren kimia gambut merupakan faktor pembatas
yang membutuhkan masukan energi yang besar untuk meningkatkan produktifitas sebagai
lahan pertanian ataupun lahan perkebunan.Proses marjinalisasi dari lahan
berarti akan terus berlanjut yang sekaligus juga semakin memarjinalkan anak
manusia dalam agroekosistem tersebut.Gambut yang tebal yang teronggok di atas
lapisan pasir secara fisiko kimia juga merupakan lahan yang rapuh.
Bila masyarakat tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengolah lahan gambut untuk lahan
perkebunan karet,maka hasil yang di dapat pun tidak maksimal,oleh karena itu di
dalam tugas makalah ini akan di bahas bagaimana cara melakukan penanaman karet
di lahan gambut secara baik dan teratur.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui mengolah lahan gambut untuk
lahan karet
-
Mengetahui cara menanam lahan gambut
-
Mengetahui potensi lahan gambut
-
Mengetahui seberapa kedalaman gambut
yang cocok untuk tanaman karet
1.3
Tinjauan
Pustaka
Lahan gambut merupakan
salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi
ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh mahluk hidup. Nilai penting
inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus di lindungi dan di pertahankan
kelestariannya. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam lahan gambut secara
bijaksana perlu perencanaan yang teliti. Penerapan teknologi yang sesuai dengan
pengelolaan yang tepat dengan langkah yang bijak maka mutu dan kelestarian
sumber daya lahan rawa tersebut. Informasi tentang sifat-sifat kritis dan
fragile merupakan referensi yang sangat penting untuk menyusun perencanaan yang
lebih akurat, pengoptimalkan pemanfaatan dan usaha konservasi.
BAB
2
Isi
2.1
Hasil
cara membangun perkebunan karet di lahan gambut
a. Tahap
pemilihan lahan gambut
b. Pemadatan
tanah oleh alat berat
c. Pembuatan
drainase untuk menjaga laju permukaan tanah gambut
d. Pemberian
kapur/abu
e. Tahap
persiapan bibit karet yang unggul
f. Tahap
penanaman bibit
g. Tahap
pemeliharaan dan pemanenan karet
2.2
Pembahasan
a.Tahap
pemilihan lahan gambut
Tanaman
keras seperti karet dapat tumbuh dengan baik pada lahan gambut dengan ketebalan
2-3 meter.
b.Pemadatan
tanah oleh alat berat
Untuk
menjaga agar tanaman tidak roboh pada waktu setelah penanaman maka perlu di
lakukan pemadatan tanah oleh alat berat. Pemadatan ini hanya bisa di lakukan
untuk ketebalan gambut 2-3 meter, bila kedalaman gambut melebihi 2-3 meter maka
hal tersebut akan membahayakan, karena alat berat tersebut akan masuk kedalam
gambut karena sifat tanah gambut yang tidak mampu menahan beban yang berat juga
di sebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Pemadatan tanah diperlukan untuk tanaman
perkebunan berbentuk pohon seperti kelapa sawit, kelapa dan karet. Daya sangga
tanah (bearring capacity) yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon
mudah rebah dan menurunkan produksi.
Rajaguguk(2004)
menganjurkan adanya pemadatan tanah untuk tanaman kelapa sawitagar kerapatan
lindak tanah meningkat dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya
tanaman dapat dikurangi. Pemadatan tanah juga akan meningkatkan hasil karena
semakin besarnya serapan hara tanaman setelah lebih banyak butiran gambut
berinteraksi dengan akar tanaman.
c.Pembuatan
drainase
kearifan
tradisional yang merupakan pengetahuan turun temurun telah di perkenalkan oleh
petani banjar dan bugis tentang reklamasi dan tata kelola pasang surut
khususnya gambut hampir ratusan tahun yang lalu di kalimantan,sumatera bahkan
malysia. Mereka membuka lahan untuk lahan perkebunan dengan membuat saluran
dari sungai-sungai besar yang menorok masuk ke pedalaman yang mereka sebut
dengan parit kongsi atau handil. Keberlanjutan umur pakai lahan dengan pola
penggunaan dan pengelolaan tanaman yang
mereka lakukan tetap berpegang pada kaidah konservasi lahan gambut.
Reklamasi
dan konservasi lahan gambut saluran di buat biasanya terdiri dari kanal
primer,kanal sekunder,kanal tersier dan kanal batas. Tata saluran makro sering
kali mempunyai dampak yang tidak di inginkan dalam budidaya tanaman karet,
karena penggalian saluran sekaligus mengangkat senyawa toksik ke permukaaan
tanah yang pada gilirannya bisa memasuki lahan usaha tani bila tata saluran
makro dan mikro tidak di rancang secara tepat.
Drainabilitas
suatu lahan sangat berpengaruh pada kelayakan usaha pemanfaatan lahan gambut,
hal ini di sebabkan kemampuan drinase dalam mengendalikan muka air tanah,
melakukan pencucian lahan serta menghindari akumulasi bahan toksik di saluran
pembuangan. Jumlah kelebihan air yang harus di buang persatuan luas di sebut
modulus pembuang atau koefisien pembuang.
d.Pemberian
Kapur/Abu
Ameliorasi
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas utama dalam meningkatkan produktifitas lahan
gambut telah banyak di teliti. Pemberian kapur 1 ton per Ha merupakan salah
satu cara menurukan tingkat kemasaman tanah, kapur sebagai sumber hara kalsium
dan untuk aktifitas bakteri bintil akar memfiksasi N dari udara,memperbaiki
sifat kimia tanah. Pengaruh tak langsung pemberian kapur adalah meningkatkan
kelarutan beberapa unsur hara yang di perlukan tanaman.
Pemberian
kapur di samping di perlukan untuk meningkatkan ketersediaan kalsium, juga
ditujukan untuk meningkatkan kejenuhan basa, karena kejenuhan tanah gambut
relatif rendah, terutama basa-basa K, Ca dan Mg. Kejenuhan tanah gambut umumnya
≤ 15 %, sementara secara umum kejenuhan basa tanah gambut harus mencapai 30 %
agar tanaman dapat menyerap basa- basa tertukar dengan mudah.
Penggunaan
abu sebagai amelioran juga telah di teliti pada beberapa lahan gambut.
Penggunaan abu sebgai bahan amelioran selain dapat mengurangi degradasi hara
juga dapat menyuplai hara, tetapi tidak dengan menggunakan abu gambut, karena
membakar gambut dapat merusak kelestarian gambut. Abu memiliki komposisi yang
lebih lengkap dari pada kapur, mengandung unsur hara makro dan mikro, memiliki
daya penetralan terhadap kemasaman 40 % setara CaCO3. Bahan abu juga
mampu menurunkan kadar asam-asam fenolat anatara 54-79 %. Kandungan K dari abu
mampu meningkatkan kandungan K dalam tanah, serta mampu meningkatkan substitusi
kebutuhan K yang di perlukan oleh tanaman.
Selain
kapur dan abu, pupuk kandang merupakan amelioran yang sudah biasa di gunakan
petani di kalimantan dan tanah gambut. Hairani (2000) menyatakan campuran 75 %
pupuk kandang dan 25 % kapur dapat meningkatkan pH dan kualitas unsur
N-total,P-tersedia, K, Na ,Ca , Mg , Al , dan H.
e.Tahap
persiapan bibit karet yang unggul
Biasanya para petani menggunakan
bibit hasil okulasi karena bibit ini sudah diketahui kualitasnya yang relatif
tahan terhdap hama penyakit.contohnya : IRR 5, IRR32, IRR 39, IRR 42,
IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.
f.Tahap
penanaman bibit
Pada areal lahan yang
relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk
barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara -
Selatan berjarak 3 m (lihatGambar 2).
Gambar 2.
b) Pada areal lahan
bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500
lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman
secara kontur), lihat Gambar 3.Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis
dengan ukuran 20 cm – 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut
merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman. Gambar 3. Cara Pengajiran
Menurut Kontur.
Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman
dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan
kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil)
diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (subsoil) diletakkan
di sebelah kanan (Gambar 4). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum
bibit karet ditanam.
g.Tahap
pemeliharaan dan pemanenan
Selain pupuk
dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara
berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua
kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada
Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum
pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan.
Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua
minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Pengobatan
tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan
keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan
dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai
di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan
adalah :
Pengolesan : Calixin CP,
Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL,
Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate
12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P,
Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Produksi
lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan
pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan
tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap.
Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian
130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari
populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah
siap dipanen.
Di malaysia tanaman
karet pada lahan gambut hanya mampu berproduksi kurang dari 1000 kg/Ha persatu
tahun,hasil karet di lahan gambut hanya 450 kg/Ha pertahun dan ini lebih rendah
dari produktifitas rata-rata karet rakyat secara umum 487 kg/Ha pertahun pada
tahun 1973,dan naik menjadi 507 kg/Ha pertahun pada tahun 1984.Apabila lahan
gambut hanya mampu mendukung produksi karet sedikit di atas 500 kg/Ha pertahun
tentunya perogram perluasan tanaman karet lebih condong memanfaatkan mineral
mengingat faktor pembatas pengembangan lahan gambut jauh lebih berat.Namun
penerapan tehnologi yang tepat hasil perkebunan karet di Labuhan Batu dapat
mencapai 1.200 kg/Ha pertahun dan hasil karet di lahan gambut dengan ketebalan
≤ 2M dapat menyamai hasil di lahan mineral.
Apabila
produktifitas rata-rata perusahaan besar negara yaitu sebesar 1.200 kg/Ha
pertahun ini salah satu tantangan pakar gambut untuk mengupayakan peningkatan
produktifitas karet rakyat di lahan gambut.
BAB
3
Penutup
3.1
Kesimpulan
Pembangunan
karet di lahan gambut hanya bisa di lakukan pada lahan gambut dengan ketebalan
2-3 meter saja, di atas ketebalan tersebut tidak bisa di lakukan karena beban
alat berat tidak akan mampu lagi di topang oleh tanah gambut. Yang membedakan
dengan pengolahan di tanah mineral adalah di tanah gambut sebelum di lakukan
penanaman di adakan pemberian kapur/abu untuk menurukan tingkat keasaman,pemadatan
tanah untuk menyangga tanaman, pembuatan drainase untuk menghindari penurunan
muka gambut. Hasil yang di dapat pun tidak sebagus karet yang di tanam pada
tanah mineral.
3.2
Saran
Untuk labih
memahami tentang pengolahan lahan gambut untuk karet maka sebaiknya di adakan
praktikum secara langsung di lapangan untuk mengamati secara langsung. Di
samping itu keterbasan buku tentang materi ini menjadi salah satu kendala dalam
pembuatan tugas ini, di harapkan suatu saat banyak terdapat buku-buku tentang
perkebunan dan kehutanan di Universitas
Riau.
Daftar
Pustaka
Barchia muhammad faiz,2006.Agroekosistem dan transformasi karbon gambut.Gadjah mada university
press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar