Tugas
Kelompok Rimbawan
Program Studi
Kehutana Fakultas Pertanian Universitas Riau
Pekanbaru
1.
Definisi aliran batang (stemflow)
Aliran
batang (stemflow) adalah Bagian air yang mengalir lewat sepanjang batang ke
permukaan tanah ( Pramono dalam Anderson et al. 1976). Definisi
lain juga mengatakan Stemflow merupakan air hujan yang jatuh dari batang dan
cabang tanaman / pohon. Arah air ini menyebabkan permukaan tanah disekitar
batang tanaman menerima penambahan. Besarnya aliran batang ini ditentukan oleh
bentuk daun dan arsitektur dari cabang dan batang pohon. Secara umum, pohon
berdaun lebar memiliki aliran batang yang lebih besar dibandingkan dengan pohon
berdaun jarum. Aliran batang (Stemflow)
adalah bagian air hujan yang mengalir melalui ranting, dahan selanjutnya ke
batang dan jatuh ke tanah (Sri Harto, 1993).
2.
Faktor yang
mempengaruhi aliran batang
besar kecilnya aliran batang (stemflow)
dipengaruhi oleh :
·
struktur batang
·
kekasaran
kulit batang pohon dan kemampuan meyimpan air
·
bentuk tajuk dan kepadatan tegakan
·
Ada atau tidaknya tumbuhan epifit
·
komposisi jenis spesies
·
model arsitektur suatu pohon
Bangunan pohon ini berhubungan
dengan pola pertumbuhan batang, percabangan dan
pembentukan pucuk terminal. Model arsitektur suatu pohon mempengaruhi besarnya aliran batang (stemflow) dan curahan tajuk (through/all), selanjutnya aliran batang dan curahan
tajuk menentukan besarnya aliran permukaan dan
erosi tanah Profil hutan menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam
hutan, sehingga dapat langsung dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual
dan kualitatif. Dalam kasus tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa
dibuat sebagai pelengkap diagram profil hutan. Suatu stratum pohon dapat
membentuk suatu kanopi yang kontinu atau diskontinu. Hal ini kemungkinan
disebabkan adanya tajuk-tajuk yang saling bersentuhan secara lateral. Istilah
kanopi adakalanya sinonim dengan stratum.
Kanopi berarti suatu lapisan yang
sedikit banyak kontinu dari tajuk-tajuk pohon yang tingginya mendekati sama,
misalnya permukaan yang tertutup. Atap dari hutan kadangkala juga disebut
kanopi. Di dalam hutan hujan, permukaan ini dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk
dari stratum yang paling tinggi saja. Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan
tropika dipisahkan oleh beberapa stratum antara lain:Stratum A: Merupakan
lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya sekitar 80 meter ke
atas, misalnya shorea sp. Di antaranya terdapat juga pohon yang rendah, tetapi
umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata 40-50 meter dan bertajuk tidak
beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang
bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya mempunyai 3 atau 4lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi.
Pada hutan stratum A ini banyak
dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu,
bersifat herba dan epifit. Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang
mempunyai tinggi 18¬30 meter dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis
pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan
(toleran).Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter
dan bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stra¬tum ini rendah, kecil dan banyak
bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.Stratum D: Terdiri
dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter. Termasuk di
dalamnya adalah pohon¬pohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan
paku-pakuan besar.Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah
atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter. Ordinasi merupakan
suatu cara dengan menyusun atau menderet-deretkan data sampling berdasarkan
koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam unit-unit sampling (releve) yang
diteliti dijadikan sebagai dasar untuk menggambarkan pola ordinasi. Berdasarkan
model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan unit-unit sampling yang
mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan titik-titik yang saling
berjauhan adalah unit-unit sampling yang mempunyai perbedaan komunitas.
Berdasarkan perbedaan tersebut hasil analisis ordinasi dapat dilanjutkan dengan
mengkorelasikan pola komunitas pada unit-unit sampling dengan faktor lingkungan
dari unit-unit sampling tersebut, sehingga dapat diketahui penyebab perbedaan
pola komunitas di antara unit-unit sampling tersebut<br />Kanopi/tajuk
hutan merupakan factor pembatas bagi kehidupan tumbuhan, karena dapat
menghalangi penetrasi cahaya ke lantai hutan. Keberhasilan sebuah pohon untuk
mencapai kanopi hutan tergantung karakter/ penampakan anak pohon. Variasi
ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam
memanfaatkannya dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan.
Stratifikasi kanopi merupakan salah
satu konsep tertua dalam ekologi hutan tropis. Konsep ini telah dikembangkan
sejak permulaan abad ke-19, namun masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti
menyatakan adanya strata pada kanopi hutan, namun peneliti lain tidak
menemukannya. Penyebab utama kerancuan ini adalah subyektivitas definisi dan
metode yang digunakan. Istilah stratifikasi digunakan untuk tiga perbedaan yang
saling terkait, yaitu:1. Stratifikasi vertikal biomassa (Ashton dan Hall,
1992)2. Stratifikasi vertikal kanopi (Grubb dkk., 1963), dan3. Stratifikasi
vertikal spesies (Oliver, 1978).Stratifikasi boleh jadi ada berdasarkan salah
satu definisi, tetapi tidak ada berdasarkan definisi lainnya. Misalnya,
biomassa dapat saja terstratifikasi, tetapi kanopi tidak dapat ditentukan
stratifikasinya, atau kanopi spesies yang sama terletak pada strata yang
berbeda. Namun ada atau tidaknya strata kanopi, konsep stratifikasi tetap
merupakan alat yang sangat berguna untuk mengkaji distribusi vertikal tumbuhan
dan hewan. Metode tertua dan paling banyak digunakan untuk mengkaji
stratifikasi/arsitektur kanopi adalah diagram profil hutan secara vertikal dan
horizontal. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh Watt (1924) pada hutan
temperate, sedangkan Davis dan Richards (1933) adalah orang pertama yang menerapkannya
pada hutan tropis Model arsitektur pohon adalah bangunan suatu pohon
sebagai hasil pertumbuhan meristematik yang dikontrol secara morfogenetik.
Bangunan pohon ini berhubungan dengan pola pertumbuhan batang,
percabangan dan pembentukan pucuk terminal.
Model arsitektur suatu pohon
mempengaruhi besarnya aliran batang (stemflow) dan
curahan tajuk (through/all), selanjutnya aliran batang dan curahan tajuk menentukan besarnya aliran permukaan dan erosi tanah Profil hutan
menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam hutan, sehingga dapat langsung
dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual dan kualitatif. Dalam kasus
tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat sebagai pelengkap
diagram profil hutan. Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang
kontinu atau diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang
saling bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim dengan
stratum. Kanopi berarti suatu lapisan yang sedikit banyak kontinu dari tajuk-tajuk
pohon yang tingginya mendekati sama, misalnya permukaan yang tertutup. Atap
dari hutan kadangkala juga disebut kanopi. Di dalam hutan hujan, permukaan ini
dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk dari stratum yang paling tinggi saja.
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika dipisahkan oleh beberapa stratum
antara lain:Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang
tingginya sekitar 80 meter ke atas, misalnya shorea sp. Di antaranya terdapat
juga pohon yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata
40-50 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling
bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya
mempunyai 3 atau 4lapisan tajuk, batang yang
tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya
cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba dan epifit.
Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon
yang mempunyai tinggi 18¬30 meter dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis
pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan
(toleran).Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter
dan bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stra¬tum ini rendah, kecil dan banyak
bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.Stratum D: Terdiri
dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter. Termasuk di
dalamnya adalah pohon¬pohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan
paku-pakuan besar.Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah
atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter. Ordinasi merupakan
suatu cara dengan menyusun atau menderet-deretkan data sampling berdasarkan koefisien
ketidaksamaan.
Variasi dalam unit-unit sampling
(releve) yang diteliti dijadikan sebagai dasar untuk menggambarkan pola
ordinasi. Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan
unit-unit sampling yang mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan
titik-titik yang saling berjauhan adalah unit-unit sampling yang mempunyai
perbedaan komunitas. Berdasarkan perbedaan tersebut hasil analisis ordinasi
dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan pola komunitas pada unit-unit sampling
dengan faktor lingkungan dari unit-unit sampling tersebut
Model arsitektur suatu pohon
mempengaruhi besarnya aliran batang (stemflow) dan
curahan tajuk (through/all), selanjutnya aliran batang dan curahan tajuk menentukan besarnya aliran permukaan dan erosi tanah Profil hutan
menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam hutan, sehingga dapat langsung
dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual dan kualitatif. Dalam kasus
tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat sebagai pelengkap
diagram profil hutan. Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang
kontinu atau diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang
saling bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim dengan
stratum. Kanopi berarti suatu lapisan yang sedikit banyak kontinu dari
tajuk-tajuk pohon yang tingginya mendekati sama, misalnya permukaan yang
tertutup. Atap dari hutan kadangkala juga disebut kanopi. Di dalam hutan hujan,
permukaan ini dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk dari stratum yang paling tinggi
saja. Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika dipisahkan oleh beberapa
stratum antara lain:Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari
pohon-pohon yang tingginya sekitar 80 meter ke atas, misalnya shorea sp.
Di antaranya terdapat juga pohon
yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata 40-50 meter dan
bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan
membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya mempunyai 3
atau 4lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus,
tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi.
Pada hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang
tebal, berkayu, bersifat herba dan epifit. Stratum B: Terdiri dari
pohon-pohon yang mempunyai tinggi 18¬30 meter dengan tajuk yang beraturan
(kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis
pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan
(toleran).Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter
dan bertajuk kontinu.
Pohon-pohon dalam stra¬tum ini
rendah, kecil dan banyak bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak
rapat.Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4
meter. Termasuk di dalamnya adalah pohon¬pohon muda, palma-palma kecil, herba
besar dan paku-pakuan besar.Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan
penutup tanah atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1
meter. Ordinasi merupakan suatu cara dengan menyusun atau
menderet-deretkan data sampling berdasarkan koefisien ketidaksamaan. Variasi
dalam unit-unit sampling (releve) yang diteliti dijadikan sebagai dasar untuk
menggambarkan pola ordinasi. Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari
hasil analisis, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa titik yang saling
berdekatan merupakan unit-unit sampling yang mempunyai pola kesamaan dalam
komunitas, sedangkan titik-titik yang saling berjauhan adalah unit-unit
sampling yang mempunyai perbedaan komunitas.
Model arsitektur pohon adalah
bangunan suatu pohon sebagai hasil pertumbuhan meristematik yang dikontrol
secara morfogenetik. Bangunan pohon ini berhubungan dengan pola pertumbuhan
batang, percabangan dan pembentukan pucuk terminal. Model arsitektur suatu
pohon mempengaruhi besarnya aliran batang (stemflow) dan curahan tajuk
(through/all), selanjutnya aliran batang dan curahan tajuk menentukan besarnya
aliran permukaan dan erosi tanah. Pada akhirnya erosi akan menimbulkan
kerusakan pada tanah tempat erosi terjadi dan tempat diangkutnya tanah tererosi
tersebut. Dalam sistem agroforestry kebun campur, jenis-jenis pohon yang
ditanam selama ini hanya berdasarkan pertimbangan pada fungsi dan manfaat
ekonominya, sedangkan fungsi konservasi tanah dan air belum dipertimbangkan. Di
Indonesia, penelitian tentang model arsitektur pohon dan kaitannya dengan
konservasi tanah dan air masih jarang dilakukan, sehingga aspek model
arsitektur pohon belum dipertimbangkan dalam usaha konservasi tanah dan air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya aliran batang, curahan
tajuk, aliran permukaan dan erosi tanah pada arsitektur pohon model Massart dan
Rauh di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan informasi bagi pemilihan jenis-jenis pohon yang sesuai dengan
model arsitekturnya untuk mendukung usaha konservasi tanah dan air. Dalam
penelitian ini tercatat 30 hari kejadian hujan dengan total curah hujan 548,2
mm dan total lama hujan 74,30 jam. Kategori hujan sangat ringan ( < 5
mm/hari ) terjadi sebanyak 6 kali, hujan ringan ( 5 - 20 mm/hari ) sebanyak 14
kali dan hujan > 20 mm/hari sebanyak 10 kali. Semua kejadian hujan mempunyai
kemampuan untuk menjenuhkan tajuk dan menghasilkan aliran batang, curahan
tajuk, aliran permukaan dan erosi tanah. Pengamatan di lapangan menunjukan
bahwa arsitektur pohon model Massart memiliki beberapa nilai karakteristik
kedalaman tajuk, diameter tajuk, luas tajuk, diameter batang dan luas bidang
dasar yang lebih besar dibandingkan dengan model Rauh. Nilai-nilai
karakteristik pohon tersebut dipengaruhi oleh sifat arsitektur pohonnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara curah hujan dengan aliran batang
dan curahan tajuk masing-masing model arsitetur pohon adalah linier.
3.
cara mengukur
aliran batang (stemflow)
Dihitung stemflow dengan rumus
SF = X / ΠR 2
Keterangan
SF = Stemflow
X = air
tertampung
R = Jari-jari proyeksi tajuk
Untuk mengukur besarnya aliran batang adalah dengan melingkarkan setengah
selang plastik pada permukaan batang yang telah dibersihkan terlebih dahulu
dengan ketinggian selang antara 1 hingga 5 meter diatas permukaan tanah. Hal
ini untuk mencegah percikan air hujan dari lantai hutan pada saat hujan berlangsung.
Selang direkatkan dengan Lem atau Getah sehingga posisi selang tetap berada
pada tempatnya.
Jumlah air yang jatuh ketanah melalui aliran batang bergantung
pada besarnya sudut yang dibentuk oleh batang tumbuhan terhadap permukaan
tanah, volume aliran batang umumnya mencapai maksimum pada sudut batang kurang
dari 900. Berdasarkan hasil karya van Elewick (1998) volume aliran
batang dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut :
a. untuk tumbuhan dengan diamater batang lebih kecil dari median
volume butir-butir hujan :
SF = TIF (Cos PS-Sin2PA)
b. untuk
tumbuhan dengan diameter batang lebih besar dari median volume diameter
butir-butir hujan :
SF=TIF Cos PA
Yang
menyatakan SF adalah volume aliran batang (mm), TIF adalah volume air hujan
yang jatuh menimpa tajuk dalam mm, dan PA adalah sudut rata-rata yang dibentuk
oleh batang tumbuhan dengan permukaan tanah dalam drajat. Pada persaaan
tersebut sin PA menyatakan pengaruh panjang daun dan batang yang terproyeksikan
pada tanaman.
Beberapa
catatan mengenai volume aliran batang adalah sebagai berikut. Finney (1984)
dari hasil pengamatannya mendapatkan bahwa tanamna beet gula dengan penutupan
tajuk 28% menghasilkan aliran batang sebanyak 42% dari volume curah hujan,
sedangkan Apleemans, van jove dan de leenher (1980) mencatat angka aliran
batang sebanyak 55 % dari curah hujan untuk tanaman yang sama.Bui dan Box
(1992) dari percobaan laboratorium mencatat aliran batang pada jagung dan
sorgum masing-masing sebesar 44% dan 31% dari curah hujan. Herwitch (1987)
mendapatkan bahwa 80 persen dari curah hujan yang menimpa cabang pepohonan yang
bersudut 600 terhadap permukaan tanah, menjadi aliran batang. Air yang sampai
kepermukaan tanah melalui aliran batang tidak memiliki energi yang cukup untuk
menyebabkan terjadinya pengahancuran butir-butir tanah. Kekuatan perusak air
aliran batang akan terjadi setelah menjadi aliran permukaan.
Gambar
pemasangan alat aliran batang (stem flow)
Aliran batang
dan air lolos mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendistribusikan
nutrisi melalui curah hujan. Air hujan yang jatuh membawa unsur yang diperlukan
bagi tanaman. Bagian air hujan yang mengalir melalui batang ataupun air lolos
membawa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dengan jumlah dan konsentrasi
yang berbeda yang akan dikembalikan kepada tanah. Dengan demikian terjadi
siklus unsur hara yang dikembalikan ke tanah melalui guguran yang terjadi pada
tanaman.
Daftar
Pustaka
Pramono,
hadi.http://eprints.ums.ac.id/128/1/2._PRAMONO_HADI.pdf
(Diakses apda 20 November 2011)
Anonimhttp://library.forda-mof.org/libforda/data_pdf/2314.pdf(Diakses
apda 20 November 2011)
anonimhttp://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/book/BK0084-05.PDF(Diakses
apda 20 November 2011)
anonimhttp://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_0608967_chapter2.pdf(Diakses
apda 20 November 2011)
Anonimhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25205/4/Chapter%20II.pdf(Diakses
apda 20 November 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar