2 April 2014

Karet di lahan gambut



BAB 1
Pendahuluan
1.1   Latar Belakang
Meningkatnya penggunaan lahan pada tanah mineral yang semakin hari semakin bertambah menyebabkan penggunaan lahan gambut untuk lahan pertanian maupun untuk lahan perkebunan oleh masyarakat tidak terhindarkan,salah satu contoh adalah penggunaan lahan gambut untuk lahan perkebunan karet oleh masyarakat.Pada umumnya lahan gambut kondisi unsur haranya minim dan tidak sebagus pada tanah mineral,belum lagi kondisi gambut yang memiliki ketebalan dan kedalaman yang berbebeda-beda.
Rawa gambut merupakan lahan marginal,karakteristik inheren kimia gambut merupakan faktor pembatas yang membutuhkan masukan energi yang besar untuk meningkatkan produktifitas sebagai lahan pertanian ataupun lahan perkebunan.Proses marjinalisasi dari lahan berarti akan terus berlanjut yang sekaligus juga semakin memarjinalkan anak manusia dalam agroekosistem tersebut.Gambut yang tebal yang teronggok di atas lapisan pasir secara fisiko kimia juga merupakan lahan yang rapuh.
Bila masyarakat tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengolah lahan gambut untuk lahan perkebunan karet,maka hasil yang di dapat pun tidak maksimal,oleh karena itu di dalam tugas makalah ini akan di bahas bagaimana cara melakukan penanaman karet di lahan gambut secara baik dan teratur.
1.2     Tujuan
-          Mengetahui mengolah lahan gambut untuk lahan karet
-          Mengetahui cara menanam lahan gambut
-          Mengetahui potensi lahan gambut
-          Mengetahui seberapa kedalaman gambut yang cocok untuk tanaman karet


1.3     Tinjauan Pustaka
Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh mahluk hidup. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus di lindungi dan di pertahankan kelestariannya. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam lahan gambut secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti. Penerapan teknologi yang sesuai dengan pengelolaan yang tepat dengan langkah yang bijak maka mutu dan kelestarian sumber daya lahan rawa tersebut. Informasi tentang sifat-sifat kritis dan fragile merupakan referensi yang sangat penting untuk menyusun perencanaan yang lebih akurat, pengoptimalkan pemanfaatan dan usaha konservasi.


BAB 2
Isi

2.1 Hasil
cara membangun perkebunan karet di lahan gambut
a.       Tahap pemilihan lahan gambut
b.      Pemadatan tanah oleh alat berat
c.       Pembuatan drainase untuk menjaga laju permukaan tanah gambut
d.      Pemberian kapur/abu
e.       Tahap persiapan bibit karet yang unggul
f.       Tahap penanaman bibit
g.      Tahap pemeliharaan dan pemanenan karet

2.2 Pembahasan
a.Tahap pemilihan lahan gambut
            Tanaman keras seperti karet dapat tumbuh dengan baik pada lahan gambut dengan ketebalan 2-3 meter.

b.Pemadatan tanah oleh alat berat
            Untuk menjaga agar tanaman tidak roboh pada waktu setelah penanaman maka perlu di lakukan pemadatan tanah oleh alat berat. Pemadatan ini hanya bisa di lakukan untuk ketebalan gambut 2-3 meter, bila kedalaman gambut melebihi 2-3 meter maka hal tersebut akan membahayakan, karena alat berat tersebut akan masuk kedalam gambut karena sifat tanah gambut yang tidak mampu menahan beban yang berat juga di sebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Pemadatan tanah diperlukan untuk tanaman perkebunan berbentuk pohon seperti kelapa sawit, kelapa dan karet. Daya sangga tanah (bearring capacity) yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan produksi.
Rajaguguk(2004) menganjurkan adanya pemadatan tanah untuk tanaman kelapa sawitagar kerapatan lindak tanah meningkat dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi. Pemadatan tanah juga akan meningkatkan hasil karena semakin besarnya serapan hara tanaman setelah lebih banyak butiran gambut berinteraksi dengan akar tanaman.

c.Pembuatan drainase
            kearifan tradisional yang merupakan pengetahuan turun temurun telah di perkenalkan oleh petani banjar dan bugis tentang reklamasi dan tata kelola pasang surut khususnya gambut hampir ratusan tahun yang lalu di kalimantan,sumatera bahkan malysia. Mereka membuka lahan untuk lahan perkebunan dengan membuat saluran dari sungai-sungai besar yang menorok masuk ke pedalaman yang mereka sebut dengan parit kongsi atau handil. Keberlanjutan umur pakai lahan dengan pola penggunaan dan pengelolaan tanaman yang  mereka lakukan tetap berpegang pada kaidah konservasi lahan gambut.
            Reklamasi dan konservasi lahan gambut saluran di buat biasanya terdiri dari kanal primer,kanal sekunder,kanal tersier dan kanal batas. Tata saluran makro sering kali mempunyai dampak yang tidak di inginkan dalam budidaya tanaman karet, karena penggalian saluran sekaligus mengangkat senyawa toksik ke permukaaan tanah yang pada gilirannya bisa memasuki lahan usaha tani bila tata saluran makro dan mikro tidak di rancang secara tepat.
            Drainabilitas suatu lahan sangat berpengaruh pada kelayakan usaha pemanfaatan lahan gambut, hal ini di sebabkan kemampuan drinase dalam mengendalikan muka air tanah, melakukan pencucian lahan serta menghindari akumulasi bahan toksik di saluran pembuangan. Jumlah kelebihan air yang harus di buang persatuan luas di sebut modulus pembuang atau koefisien pembuang.

d.Pemberian Kapur/Abu
            Ameliorasi untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor pembatas utama dalam meningkatkan produktifitas lahan gambut telah banyak di teliti. Pemberian kapur 1 ton per Ha merupakan salah satu cara menurukan tingkat kemasaman tanah, kapur sebagai sumber hara kalsium dan untuk aktifitas bakteri bintil akar memfiksasi N dari udara,memperbaiki sifat kimia tanah. Pengaruh tak langsung pemberian kapur adalah meningkatkan kelarutan beberapa unsur hara yang di perlukan tanaman.
            Pemberian kapur di samping di perlukan untuk meningkatkan ketersediaan kalsium, juga ditujukan untuk meningkatkan kejenuhan basa, karena kejenuhan tanah gambut relatif rendah, terutama basa-basa K, Ca dan Mg. Kejenuhan tanah gambut umumnya ≤ 15 %, sementara secara umum kejenuhan basa tanah gambut harus mencapai 30 % agar tanaman dapat menyerap basa- basa tertukar dengan mudah.
            Penggunaan abu sebagai amelioran juga telah di teliti pada beberapa lahan gambut. Penggunaan abu sebgai bahan amelioran selain dapat mengurangi degradasi hara juga dapat menyuplai hara, tetapi tidak dengan menggunakan abu gambut, karena membakar gambut dapat merusak kelestarian gambut. Abu memiliki komposisi yang lebih lengkap dari pada kapur, mengandung unsur hara makro dan mikro, memiliki daya penetralan terhadap kemasaman 40 % setara CaCO3. Bahan abu juga mampu menurunkan kadar asam-asam fenolat anatara 54-79 %. Kandungan K dari abu mampu meningkatkan kandungan K dalam tanah, serta mampu meningkatkan substitusi kebutuhan K yang di perlukan oleh tanaman.
            Selain kapur dan abu, pupuk kandang merupakan amelioran yang sudah biasa di gunakan petani di kalimantan dan tanah gambut. Hairani (2000) menyatakan campuran 75 % pupuk kandang dan 25 % kapur dapat meningkatkan pH dan kualitas unsur N-total,P-tersedia, K, Na ,Ca , Mg , Al , dan H.

e.Tahap persiapan bibit karet yang unggul
            Biasanya para petani menggunakan bibit hasil okulasi karena bibit ini sudah diketahui kualitasnya yang relatif tahan terhdap hama penyakit.contohnya : IRR 5, IRR32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.





f.Tahap penanaman bibit
Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m (lihatGambar 2).


Gambar 2.


b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 3.Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm – 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman. Gambar 3. Cara Pengajiran Menurut Kontur.

Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (subsoil) diletakkan di sebelah kanan (Gambar 4). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

g.Tahap pemeliharaan dan pemanenan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua
minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Di malaysia tanaman karet pada lahan gambut hanya mampu berproduksi kurang dari 1000 kg/Ha persatu tahun,hasil karet di lahan gambut hanya 450 kg/Ha pertahun dan ini lebih rendah dari produktifitas rata-rata karet rakyat secara umum 487 kg/Ha pertahun pada tahun 1973,dan naik menjadi 507 kg/Ha pertahun pada tahun 1984.Apabila lahan gambut hanya mampu mendukung produksi karet sedikit di atas 500 kg/Ha pertahun tentunya perogram perluasan tanaman karet lebih condong memanfaatkan mineral mengingat faktor pembatas pengembangan lahan gambut jauh lebih berat.Namun penerapan tehnologi yang tepat hasil perkebunan karet di Labuhan Batu dapat mencapai 1.200 kg/Ha pertahun dan hasil karet di lahan gambut dengan ketebalan ≤ 2M dapat menyamai hasil di lahan mineral.
            Apabila produktifitas rata-rata perusahaan besar negara yaitu sebesar 1.200 kg/Ha pertahun ini salah satu tantangan pakar gambut untuk mengupayakan peningkatan produktifitas karet rakyat di lahan gambut.

BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
            Pembangunan karet di lahan gambut hanya bisa di lakukan pada lahan gambut dengan ketebalan 2-3 meter saja, di atas ketebalan tersebut tidak bisa di lakukan karena beban alat berat tidak akan mampu lagi di topang oleh tanah gambut. Yang membedakan dengan pengolahan di tanah mineral adalah di tanah gambut sebelum di lakukan penanaman di adakan pemberian kapur/abu untuk menurukan tingkat keasaman,pemadatan tanah untuk menyangga tanaman, pembuatan drainase untuk menghindari penurunan muka gambut. Hasil yang di dapat pun tidak sebagus karet yang di tanam pada tanah mineral.


3.2 Saran
            Untuk labih memahami tentang pengolahan lahan gambut untuk karet maka sebaiknya di adakan praktikum secara langsung di lapangan untuk mengamati secara langsung. Di samping itu keterbasan buku tentang materi ini menjadi salah satu kendala dalam pembuatan tugas ini, di harapkan suatu saat banyak terdapat buku-buku tentang perkebunan dan kehutanan  di Universitas Riau.


Daftar Pustaka

Barchia muhammad faiz,2006.Agroekosistem dan transformasi karbon gambut.Gadjah mada university press: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemetaan Udara Menggunakan UAV/Drone type Fix Wings

  Pemetaan udara kawasan hutan Blok Khusus KPH Tasik Besar Serkap seluas 14.700 Ha bekerjasama dengan SG Konsultan dilaksanakan untuk menget...