Bonsai (盆栽) adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai, 栽) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon (盆). Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai (盆栽).
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai Sumber : wikipedia.com
Kriteria Tanaman yang Bisa Dibonsai
Tanaman atau pohon yang akan dibuat menjadi bonsai disebut dengan
bakalan bonsai. Bakalan bonsai berupa tanaman yang diambil dari alam
atau dari hasil perbanyakan, baik biji, setek, cangkok, okulasi, maupun
enten. Dari mana pun asalnya, tanaman yang dimaksud harus memiliki
kriteria-kriteria khusus untuk dapat dijadikan tanaman hias bonsai. Jika
kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, tentu tanaman tersebut dapat
dijadikan bonsai yang sempurna. Umumnya, tanaman yang akan dibonsai
harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Tanaman
dikotil, atau tanaman berkeping dua umumnya berbentuk pohon yang keras
dan berekambium. Jenis tanaman inilah yang paling ideal dijadikan
bonsai. Tanaman jenis monokotil (seperti jenis kelapa, bambu, semak dan
perdu) bisa juga dikerdilkan, tetapi disebut denganbonsai sejati.
2) Berumur
panjang, pasalnya, bonsai merupakan seni yang terus tumbuh, sehingga
memerlukan tanaman yang bisa bertahan hidup puluhan, bahkan ratusan
tahun.
3) Tahan
hidup menderita, sebaiknya tahan hujan dan panas. Selain itu, juga
tahan terhadap kondisi wadah yang sempit dan terbatas. Sebagai bonsai,
tanaman harus biasa hidup terus meskipun jumlah makanan atau nutrisinya
sedikit dengan perkembangan akar dan batang yang seadanya.
4) Bentuknya
indah secara alami. Pohon yang akan dibonsai harus sudah memiliki daya
tarik atau keindahan, baik daun, batang, akar, bunga, maupun buahnya.
Keindahan tersebut akan semakin menonjol dan proporsional setelah
mendapatkan perlakuan sesuai dengan tata cara pembonsaian yang benar.
5) Tahan
mendapat perlakuan. Untuk mendapatkan bonsai yang sempurna, pohon atau
bakal bonsai perlu diperlakukan dengan teknik-teknik tertentu
(detraining), misalnya diiris, dipangkas, dan dililit dengan kawat guna
untuk mendapatkan bentuk yang sempurna. Contoh tanaman yang bisa dibuat
bonsai di antaranya, yaitu Azalea, Pinus, Asam, Ulmus, Jeruk, Beringin,
Bougenvill, Buxux, Sianto, dan lain sebagainya.
Pembuatan Bibit Tanaman Bonsai
Pembuatan bibit untuk bonsai atau bakal bonsai dapat dimulai dari pemilihan langsung jenis pohon yang memiliki cabang yang banyak yang nantinya tinggal diberikan perlakuan tertentu, seperti dipotong, dan dikreasikan agar dapat dibentuk menjadi tanaman bonsai. Disamping itu teknik pembuatan bibit tanaman bonsai dapat diperoleh dari biji yang khusus untuk disemaikan atau dari semai yang ada di alam bebas, setekan atau cangkokan yang pembuatannya memerlukan sedikit keterampilan, okulasi, dan bongkah-bongkah tanaman yang masih bertunas dan masih nampak bertahan untuk hidup.
Pembuatan bibit untuk bonsai atau bakal bonsai dapat dimulai dari pemilihan langsung jenis pohon yang memiliki cabang yang banyak yang nantinya tinggal diberikan perlakuan tertentu, seperti dipotong, dan dikreasikan agar dapat dibentuk menjadi tanaman bonsai. Disamping itu teknik pembuatan bibit tanaman bonsai dapat diperoleh dari biji yang khusus untuk disemaikan atau dari semai yang ada di alam bebas, setekan atau cangkokan yang pembuatannya memerlukan sedikit keterampilan, okulasi, dan bongkah-bongkah tanaman yang masih bertunas dan masih nampak bertahan untuk hidup.
1) Semai Bakal Bonsai.
Perolehan bibit tanaman bonsai dengan cara penyemaian sendiri dirasa kurang efisien, karena akan memakan waktu cukup lama.
2) Setek, Cangkok dan Okulasi
Menyetek,
mencangkok dan membuat okulasi merupakan seni tersendiri. Pembuatan
bibit tanaman bonsai dengan cara menyetek dan mencangkok dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jangka waktu yang relatif singkat (1-2
bulan). Sedangkan membuat okulasi bisa membutuhkan waktu lebih dari 1
tahun. Jenis stek yang dikenal yaitu : setek lunak atau setengah lunak,
setek keras, dan setek daun.
Untuk
mencangkok, dipilihlah dahan minimal sebesar pensil atau ibu jari, dan
kulitnya mudah dikelupas (tidak lengket). Teknik mencangkok 1) Kupas
kulit dahan selebar 3-5 cm, 2) Buang lendirnya dengan mengerok atau
melap dengan kain yang kering, 3) Biarkan 3-4 hari, 4) Kemudian tutup
lukanya dengan mos yang dibasahi atau campuran antara tanah dan remah
dengan kompos yang tua dengan perbandingan 1:1, 5) Balut mos atau tanah
dengan lembaran plastik, dan ikat baik-baik di bagian atas dan bawah, 6)
Dengan jarum lembaran plastik dilubangi agar sirkulasi udara dapat
berlangsung dengan baik.
Untuk
membikin okulasi dapat dilakukan pada jenis pohon misalnya buah-buahan
yang akan dijadikan bonsai. Bibit okulasi terdiri dari 2 (dua) bagian
yaitu: a) Batang bawah (onderstam), b) Batang atas (entrijs).
Langkah-langkah dalam perokulasian:
1) Batang pokok bersihkan 15 cm di atas tanah,
2) Sayat kulit 10 cm dari atas tanah selebar 8 mm, dengan membikin keratan di bagian atas dan kanan kiri menurun ± 4 cm panjang,
3) Tarik kulit ke bawah, sehingga menyerupai lidah, kemudian potong separuhnya,
4) Sayat mata dari dahan entrijs, dengan kayunya sedikit dari bawah ke atas, panjang ± 4 cm di atas mata yang merata, sehingga pas betul menempel pada keratan pohon pokok,
5) Angkat kayu perlahan-lahan tanpa merusak matanya,
6) Kulit yang bermata, masukkan antara kayu dan kulit lidah batang pokok, yang telah dibuka, dan tempelkan kembali, usahakan matanya tidak tertutup,
7) Balut dengan tali raffia yang erat.
1) Batang pokok bersihkan 15 cm di atas tanah,
2) Sayat kulit 10 cm dari atas tanah selebar 8 mm, dengan membikin keratan di bagian atas dan kanan kiri menurun ± 4 cm panjang,
3) Tarik kulit ke bawah, sehingga menyerupai lidah, kemudian potong separuhnya,
4) Sayat mata dari dahan entrijs, dengan kayunya sedikit dari bawah ke atas, panjang ± 4 cm di atas mata yang merata, sehingga pas betul menempel pada keratan pohon pokok,
5) Angkat kayu perlahan-lahan tanpa merusak matanya,
6) Kulit yang bermata, masukkan antara kayu dan kulit lidah batang pokok, yang telah dibuka, dan tempelkan kembali, usahakan matanya tidak tertutup,
7) Balut dengan tali raffia yang erat.
Pemilihan Media Tanam Bonsai
Bonsai
ditanam di dalam pot yang tipis, oleh karena itu media tanamnya sangat
terbatas. Hal ini menyebabkan bonsai hanya memiliki persediaan nutrisi
tanaman yang terbatas dan sangat sensitif terhadap air siraman atau air
hujan. Media tanam yang baik harus mengandung nutrisi dan bahan mineral
yang cukup agar tanaman dapat hidup dan bertumbuh dengan baik.
Macam-macam bahan yang di pakai untuk campuran media tanam bonsai
meliputi.
1) Pasir, bahan
ini memiliki sifat porous sehingga mudah meneruskan air, mencegah air
menggenangi media untuk waktu yang lama, dan memudahkan udara masuk ke
dalam media tanam.
2) Tanah, tanah yang umum dipakai yaitu tanah gunung yang hitam atau cokelat tua dan tanah merah.
3) Humus, humus berasal dari dedaunan atau ranting pohon yang sudah
mengalami proses pelapukan alami untuk jangka waktu yang lama. Humus
mengandung banyak zat hara dan mikroorganisme yang bermanfaat bagi
tanaman.
4) Kompos, kompos banyak mengandung unsur hara dan biasanya di
tambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai genetis dan
potensi produksinya. pupuk kompos bisa di buat dalam bermacam-macam
bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, dan briket.
5) Pupuk
kandang, pupuk kandang yang biasa di pakai dari kotoran kambing. pupuk
kandang yang boleh di pakai yaitu sudah matang, yang warnanya cokelat
tua atau hitam dan tidak bau. Media tanamnya memerlukan tanah atau humus
lebih banyak agar dapat mempertahankan air/kelembaban. Ada juga tanaman
yang memerlukan nutrisi lebih banyak dari tanaman yang lain. Untuk itu,
media tanamnya harus mengandung humus dan pupuk lebih banyak.
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Bonsai
Penanaman tanaman bonsai diawali dengan pemilihan tanaman dengan batang utama yang cukup kuat kemudian memindahkan ke pot. Selanjutnya bentuk alur tanaman sesuai dengan yang anda suka dengan memakai kawat. Periksa ranting dan cabang yang tumbuh secara rutin untuk membentuk bonsai sesuai dengan apa yang kita mau. Hal lain yang tak kalah penting adalah pemilihan tanah, karena disanalah pembentukan batang, ranting dan dahan ditentukan. Pilihlah tanah dengan kadar humus sedikit dan jagalah kelembaban tanah tersebut namun jangan biarkan terlalu banyak air atau sampai menyebabkan tanah menggumpal, karena dapat mengancam hidup tanaman.
Disamping
itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peneneman tanaman
bonsai seperti : 1) Pot dan isinya. Pot merupakan sarana dalam kreasi
bonsai yang tidak kalah penting dengan bonsai sendiri. Selain pot
berbentuk baki, semua pot bonsai diperlengkapi dengan satu atau lebih
lubang pembuangan air, yang ditutup dengan gas plastik atau yang lain.
Resep umum medium untuk tanaman yang berdaun lebar (Beringin,
getahperca, sawo, dan sebagainya) adalah: 50 % tanah liat sedang, 20 %
pasir dan 30 % kompos;
2) Mengisi pot. Mengisi pot untuk tanaman bonsai merupakan duplikasi dari keadaan yang sebenarnya di alam bebas. Lapisan paling atasnya atau topsil, tebalnya tidak lebih dari 35 cm bersifat cerul, penuh dengan humus, dan subur. Lapisan kedua masih lunak, masih dapat menyalurkan air ke bawah menjadi air tanah. Lapisan ketiga bisa berbentuk lapisan tanah yang banyak batu-batuan berukuran beraneka ragam dan akhirnya lapisan paling bawah adalah lapisan induk batu yang kedap air;
3) Pengamanan isi pot. Batu kerikil, pasir dan tanah bisa mengandung serangga tanah yang membahayakan tanaman bonsai, terutama cacing dan nematoda. Untuk itu diperlukannya untuk memfilter isi pot agar terbebas dari Cacing tanah, serangga, jenis-jenis penyakit, dan Biji-biji rerumputan dan sebaginya terdapat di dalam tanah, agar tanaman tidak terganggu pertumbuhannya.;
4) Pemeliharaan setelah tanam. Setelah penanaman selesai, siram bakal bonsai dan tanahnya dengan mempergunakan spayer yang halus. Air penyiraman harus bersih dan tidak berlumpur dan nentral (tawar). Hentikan penyiraman jika air sudah berkelebihan dan mengalir ke luar melalui lubang air. Tempatkan kemudian bakal bonsai di tempat yang teduh, tidak banyak angin dan bebas dari gangguan anak-anak atau hewan kesayangan. Untuk mempercepat tumbuhnya kembali (recovering) bakal bonsai dapat diusahakan dengan menutup seluruh tanaman dengan kantung plastik transparan.
2) Mengisi pot. Mengisi pot untuk tanaman bonsai merupakan duplikasi dari keadaan yang sebenarnya di alam bebas. Lapisan paling atasnya atau topsil, tebalnya tidak lebih dari 35 cm bersifat cerul, penuh dengan humus, dan subur. Lapisan kedua masih lunak, masih dapat menyalurkan air ke bawah menjadi air tanah. Lapisan ketiga bisa berbentuk lapisan tanah yang banyak batu-batuan berukuran beraneka ragam dan akhirnya lapisan paling bawah adalah lapisan induk batu yang kedap air;
3) Pengamanan isi pot. Batu kerikil, pasir dan tanah bisa mengandung serangga tanah yang membahayakan tanaman bonsai, terutama cacing dan nematoda. Untuk itu diperlukannya untuk memfilter isi pot agar terbebas dari Cacing tanah, serangga, jenis-jenis penyakit, dan Biji-biji rerumputan dan sebaginya terdapat di dalam tanah, agar tanaman tidak terganggu pertumbuhannya.;
4) Pemeliharaan setelah tanam. Setelah penanaman selesai, siram bakal bonsai dan tanahnya dengan mempergunakan spayer yang halus. Air penyiraman harus bersih dan tidak berlumpur dan nentral (tawar). Hentikan penyiraman jika air sudah berkelebihan dan mengalir ke luar melalui lubang air. Tempatkan kemudian bakal bonsai di tempat yang teduh, tidak banyak angin dan bebas dari gangguan anak-anak atau hewan kesayangan. Untuk mempercepat tumbuhnya kembali (recovering) bakal bonsai dapat diusahakan dengan menutup seluruh tanaman dengan kantung plastik transparan.
Penentuan Gaya Tanaman Bonsai
Penentuan gaya bonsai yang diinginkan tentunya mengacu pada ukuran bonsai. Ukuran bonsai diukur dari tepi atas pot sampai ke puncak mahkota. Berdasarkan ukurannya, bonsai dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu, kecil sekali ( mame bonsai ) tinggi s/d 15 cm, kecil ( small bonsai ) tinggi 15-30 cm, sedang ( medium bonsai) tinggi 30-60 cm, besar ( large bonsai) tinggi 60-100 cm, besar sekali ( extra large ) tinggi 100-150 cm.
Pada
mulanya, bonsai hanya di buat menurut lima gaya yang terdiri dari gaya
tegak lurus (chokan), tegak berliku (tachiki), miring (shakan), setengah
menggantung (hang kengai), dan menggantung (kengai).
Seiring
dengan perkembangan zaman, kelima gaya dasar tersebut kemudian
berkembang menjadi gaya-gaya yang lain seperti
berikut.Berumpun (kabudachi). Dari satu batang tanaman di permukaan
tanah, pecah menjadi beberapa batang, bisa jadi 5,6,7 batang dan
seterusnya yang masing-masing mempunyai satu mahkota
lengkap. Kubah (hoki tsukuri).Batang tumbuh ke atas kemudian pecah
menjadi beberapa cabang yang ujung-ujung daunnya membentuk kubah dengan
perakaran yang kokoh ada di sekeliling batang. Akar terjalin (netsu
neagari). Terdiri dari beberapa batang dan masing-masing batang
tersambung oleh akar yang tampak di permukaan
tanah. Rakit (ikada). Batang aslinya yang rubuh akan menjadi bonggol
perakaran yang memanjang dan menghubungkan batang baru, yang terbentuk
dari cabang-cabang pohon lama. Tampil akar (neagari).Perakaran
ditampilkan menonjol keluar di atas permukaan media tanam dan
keindahannya menjadi pusat perhatian. Disamping itu ada gaya tumbuh di
batu. Tumbuh di dalam sela-sela batu/shizuke, atau tumbuh di atas
batu/sekijoju, dengan perakaran tampak menonjol, bahkan mencengkram
batu. Terpelintir (nejikan). Batang atau cabang terpelintir, gaya ini
terbagi dua, yaitu satu cabang atau batang terpelintir. Selain itu ada
yang dua batang atau dua akar yang saling memlintir satu sama
lain. Sastrawan (Bunjin).Batang tanaman tinggi , mempunyai liukan,
mahkota dan juga ranting-rantingnya hanya berdaun sedikit.
Merunduk
(shidare tsukuri). Pada gaya jenis ini mulai dari cabang dan ranting
semuanya merunduk ke bawah. Tertiup (fukinagashi). Pohon ini seakan
tertiup angin terus-menerus sehingga semua perantingan mengarah ke satu
sisi. Daun tidak rimbun, hanya tipis dan sedikit saja. Keringan
(sharimiki), cabang atau ranting yang sudah kering/mati total, yang
dapat berasal dari pohon itu sendiri atau merupakan buatan manusia
(ditempel).Berbatang banyak. Berbatang dua (sokan), berbatang tiga
(sankan), berbatang lima (gokan), dan seterusnya. dan berkelompok (yose
ue).Biasanya terdiri dari sekelompok pohon yang di tata dalam sebuah pot
tipis sehingga memberi kesan pemandangan yang luas seperti hutan atau
kebun
Tahap Pembentukan Bonsai
Membentuk tanaman kerdil alias bonsai pada hakikatnya ialah membuat duplikat dari bentuk-bentuk pohon-pohon di alam bebas yang tetap di bawah ukuran yang normal. Adapun tahap dalam pembentukan bonsai yaitu:
1) Tahap
pertama, membentuk kerangka dasar. Bakal bonsai yang sudah siap untuk
diberi kerangka dasar adalah yang sudah benar-benar sehat kembali,
setelah mengalami pemindahan. Batang pokoknya praktis sudah tidak
tergoyahkan lagi dan sudah cukup mencapai ketinggian yang diperlukan
pada akhirnya untuk dibentuk. Sebelum membentuk kerangka dasar,
rencanakan terlebih dahulu masak-masak bentuk bonsai yang dikhayalkan,
dan bagaimana kira-kira bentuk bonsai pada akhirnya nanti.
2) Tahap
kedua merubah arah dan bentuk. Merubah bentuk dan arah tumbuhnya batang
pokok dan dahan-dahan merupakan suatu paksaan dan memakan waktu hingga
bentuk dan arah yang dikehendaki tercapai.Untuk keperluan tersebut
diperlukan sarana untuk memudahkan pelaksanaannya seperti kawat kuningan
dari beberapa ukuran diameternya, tali raffia, tang untuk memotong
kawat, gunting pemangkas, gunting biasa, pisau kecil yang tajam, tang
yang runcing ujungnya dan cellotape.
Penyempurnaan Bentuk Bonsai
Tidak semua jenis tanaman dapat dikerdilkan. Tanaman yang dapat memenuhi persyaratan untuk dikerdilkan adalah tanaman yang mempunyai daun berukuran kecil, misalnya Beringin, jeruk kingki (Triphasi aurantium), jenis-jenis coniper (cemara, pinus ), delima (punika granatum) dan sebagainya. Penyempurnaan bonsai kini letaknya untuk menyusun ranting-ranting dengan daunnya yang cukup lebat, namun seimbang dengan bentuk dan ukuran bonsai keseluruhannya. Pengendalian pertumbuhan pada tanaman bonsai dilaksanakan melalui pemangkasan dan pengetipan / pemetikan titik tumbuh. Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong dahan atau ranting yang sedekat mungkin dengan kuntum yang nampak sehat tutup lukanya yang besar dengan paraffin. Setelah itu dilanjutkan dengan melilit dahan-dahan yang memanjang menggunakan kawat selama pertumbuhan baru, untuk membentuk penampilan bonsai selanjutnya, hasil yang cukup mengesankan baru dapat dicapai setelah beberapa tahun.
Beberapa teknik yang sering digunakan untuk memperbanyak bonsai adalah dengan pemotongan bagian vegetatif dan layering. Kedua cara ini digemari para pebisnis bonsai karena relatif cepat dan mudah. Anda bisa memotong percabangan bonsai, kemudian menanamnya pada media tumbuhyang sesuai untuk menghasilkan bonsai baru.
Ranting bonsai yang dipotong harus cukup tebal dan kokoh agar bisa menjadi anakan baru yang cantik. Jika ranting yang Anda potong berasal dari bonsai yang telah cukup tua, maka anakannya pun akan memiliki kesan setua induknya, dan ini merupakan nilai plus tersendiri bagi bonsai Anda. Memang pemunculan akar dari ranting yang sudah tua lebih lama jika dibandingkan dengan ranting yang masih muda. Namun, tidak ada salahnya mencoba bukan? Anakan hasil potongan harus dibiarkan tumbuh sekitar 6 bulan terlebih dahulu, baru Anda boleh mem-bonsainya.
Teknik perbanyakan bonsai yang kedua adalah dengan layering. Teknik ini mirip dengan cangkok, yaitu membiarkan ranting membentuk akar selama masih menempel pada induknya. Prosedurnya pun dapat dilakukan dengan cara cangkok biasa, yaitu mengupas kulit kayu pada bagian yang ingin dijadikan anakan baru, menyelimutinya dengan media lalu dibungkus plastik. Cangkokan terus disiram sampai tumbuh akar. Jika akar telah tumbuh, Anda boleh memindahkan anakan tersebut ke media yang terpisah dari induknya. Biasanya bagian yang dicangkok adalah cabang yang cukup tebal agar anakan bonsai tumbuh seindah bonsai induknya dengan kokoh. Anda juga dapat melakukan cangkok bonsai pada bagian akar atau tunas.
Teknik
lainnya yang cukup umum digunakan adalah menyambung beberapa jenis
bonsai untuk menghasilkan varian baru. Misalnya bonsai spesies A akan
disambungkan dengan spesies B. Ranting bonsai A dipotong, sementara
kulit kayu bonsai B dikupas pada bagian yang ingin disambungkan.
Tempelkan potongan bonsai A pada bagian bonsai B yang telah dikupas,
bungkus dengan plastik yang telah diberi semprotan hormone agar kedua
bagian cepat menyatu.
Kultur
bonsai juga bisa didapatkan dengan potongan daun. Namun, cara ini tidak
selalu berhasil pada semua spesies. Cari lah referansi lain yang bisa
dijadikan sebagai pendukung. Semoga artikel ini bermanfaat, dan anda
berhasil dalam membuidaya bonsai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar